Happy reading guys!
Zea's POV
"Eak, yuhuuu.. Ngapain aja tadi sama Reyhan?" celetuk Ayra sambil menyikut lengan Seli.
Saat ini, kami dalam perjalanan pulang. Di dalam angkot, hanya kami bertiga yang lumayan rame.
"Iish, apaan sih Ay!" balas Seli dengan pipi yang merah.
"Cerita dong!" saut gue.
"Cuma ngobrol biasa kok"
"Ga percaya! Masak gue liat tadi dia nyubit gemes pipi lo!" kata Ayra.
Oke, gue cemburu. Tapi dikit. Inget, dikit!
"Lo tau darimana sih?" tanya Seli pada Ayra.
"Yee.. Gue tadi duduk di bangku belakang lo!"
Seli hanya ber'oh' ria. Gue cuma bisa senyum-senyum denger mereka ngobrol.
Gue harus bisa lupain Reyhan secepetnya. Harus!
Tidak lama kemudian, angkot yang kami tumpangi berhenti di persimpangan jalan menuju kompleks kami. Setelah membayarnya, kami berpisah di pertigaan. Ayra sudah sampai duluan, lalu disusul dengan Seli, dan gue sendiri.
Saat hampir sampai depan rumah, ponsel gue bergetar. Tandanya ada chat masuk.
Ayra : Sorry. Aku tau kamu cemburu dengernya. Maafin aku dek.
Gue menghela napas, dan mengetik pesan untuk Ayra.
Santai. Aku gapapa
Satu menit kemudian, Ayra membalas pesan itu.
Ayra : Aku yakin, kamu pasti bisa lupain Reyhan secepet kamu jatuh cinta sama dia :)
Gue mulai mengetik balasan lagi.
Iya. Thanks.
Belum sempet gue masukin ponsel ke saku, ada lagi chat yang masuk dan bikin gue terpaksa liatnya.
Eja : Jangan murung mulu! Gue lihat loh!
Segera gue mengedarkan pandangan di sekililing gue. Dan benar saja, Eja udah ada di depan pagar rumah gue.
Gue berlari menghampiri Eja, dan menyuruhnya masuk ke dalam.
"Assalamualaikum" ucap gue dan Eja barengan.
"Waalaikumsalam" suara berat itu menjawabnya dari dalam.
"Eh, itu suara bokap lo?" tanya Eja sedikit berbisik.
"Iya. Gausah takut kali"
Papa pun menyambut gue dan Eja dengan senyuman.
"Ja, duduk dulu. Gue mau bikinin minum, firasat kalo mama lagi arisan" ucap gue sembari menaruh tas di samping Eja.
"Iya" dia tersenyum.
Hanya butuh beberapa menit gue bikin minum untuk Eja. Tak lupa gue bawain banyak kue untuk dimakan bareng Eja dan papa.
Sebelum gue sampai di ruang tamu, gue gak sengaja denger percakapan Eja dan papa.
Papa : "Nama kamu siapa nak?"
Eja : "Nama panggilan apa nama lengkap om?"
Papa : "Semuanya deh!"
Eja : "Kalo nama lengkap Ataya Ghali Altezza, kalo nama panggilan Eja"
Papa : "Temen sekelas Zea? Atau pacarnya?"
Eja : "Waduh om.. Cuma kenal aja kok. Zea ngajak Eja kesini buat kasih kue bikinan istri om"
Papa : "Ooh kirain. Kamu ganteng ya? Kayak om dulu waktu SMA. Hahahaha"
Eja : "Sampek sekarang tetep ganteng kok!"
Papa : "Ah jadi malu"Setelah gue nguping obrolan unfaedah tadi, gue muncul dengan tangan yang penuh dengan minuman dan kue.
"Naah, diminum sama dimakan juga kuenya!" kata papa sambil tersenyum ke arah Eja.
"Iya, om. Makasih" ucap Eja sopan.
"Ehm, ke gue enggak nih?" kata gue sambil melirik Eja.
"Iye... Makasih ya Ejaaa" jawab Eja dengan nada yang sedikit di lembut-lembutin.
Baru 10 menit Eja berada di rumah, tiba-tiba ada suara langkah kaki menuju ke arah kami bertiga. That's my mom.
"Waah, my hero kesini ya?" tanya mama dengan wajah sumringah.
"My hero?" tanya gue heran.
"Iya! Nak Eja udah nolongin mama dari kebakaran!" balas mama.
"Kebakaran? Dimana!?" papa mulai panik.
"Kemarin serbet mama kesulut api kompor. Jadinya kebakar deh, untung ada nak Eja yang nolongin mama"
"Ya ampun! Mama bikin panik aja!" ucap papa sambil menghembuskan napas lega.
"Iih! Mama lebay deh!" kata gue.
"Biarin!" balas mama sambil menjulurkan lidahnya ke gue.
"Assalamualaikum, tante" kata Eja sembari mencium punggung telapak tangan mama.
"Waalaikumsalam. Kamu udah lama disini?"
"Baru aja kok, Tan"
"Ma!" panggil papa seketika.
"Iya?" mama menoleh ke arah papa.
Tiba-tiba suasana menjadi serius dalam waktu beberapa detik. Gue jadi heran lihatnya.
"Papa dulu ganteng kayak Eja kan?" tanya papa sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Astaga! Udah bikin jantung gue naik ke permukaan nih papa.
Mama dan Eja pun tertawa dengan keras. Gue juga merasa lucu dengan pertanyaan konyol papa tadi.
15 menit kemudian, makanan dan minuman telah habis kami santap. Hari mulai sore, Eja pun pamit ke mama dan papa. Tak lupa untuk salim dan mengucapkan salam.
Gue antar dia sampai ke gerbang. Dia mulai menyalakan mesin motor ninjanya itu dan tak lupa memakai helm.
"Ze, gue pamit ya. Makasih buat hari ini" ucap Eja setelah membuka kaca helmnya.
Lagi-lagi, dia tersenyum ke arah gue dengan manis.
"Iya sama-sama. Kapan-kapan ikutan buat kue di rumah, mau nggak?"
"Wah! Boleh juga tuh!"
"Lo suka masak?"
"Iya lah! Yang masak di rumah juga siapa lagi kalo bukan gue!"
"Maksudnya?"
"Udah lupain. Gue cabut ya... Bye!" Eja mengacak lembut rambut gue.
Deg!
"I..iya. Hati-hati" ucap gue saat Eja mulai keluar dari pagar rumah gue.
Mampus! Gue baper!
Cie... Sekarang Zea baper nih😆
Tunggu kelanjutan kisah mereka ya...
Dont forget to vote!😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Comblang [Completed]
Teen FictionZea memiliki tiga sahabat yang setia menemaninya. Hingga suatu hari, satu diantaranya memiliki perasaan yang sama dengan cowok yang disukai Zea. Setelah kejadian itu, Zea berpikir untuk men'comblang'kan mereka berdua. Berkat teman baru yang sering m...