Chapter 7

1.1K 58 0
                                    

Selamat membaca kawan😊

Author's POV

Saat ini Zea, Seli, Cindy, Dila, Fita, dan Ayra sedang mengobrol di depan kelas 10 IPA 4. Disana tersedia kursi memanjang untuk siswa siswi duduk.

Karena guru mereka rapat, jadi apa salahnya untuk memanfaatkan kesempatan tersebut untuk sekedar membagi cerita.

Fita dan Dila sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Cindy terus saja memaksa Zea untuk mengantarnya ke lantai dua. Tepatnya deretan kelas 11 IPS dan IPA. Cindy ingin mengambil flashdisk yang berisi drakor di kakak kelasnya.

Sedangkan Seli sekarang sedang serius mendengarkan cerita-cerita tentang Reyhan. Siapa lagi kalau bukan Ayra narasumbernya.

"Ayolah Ze! Lo itu baik, cantik, dan tidak sombong" rayu Cindy pada Zea.

"Emang" balas Zea dengan jengah.

"Bentar aja kok!"

Zea mendengus kesal.

"Yaudah. Guys! Gue nganter Cindy ngambil flashdisk dulu ya" izin Zea pada keempat temannya itu.

"Oke" balas mereka serentak.

Sepeninggal Zea dan Cindy, terlihat dua cewek yang masih sibuk dengan ponselnya. Fita dan Dila.

"Kalian ngapain sih? Kok sibuk sama HP masing-masing?" tanya Ayra heran.

"Lo lupa ya? Mereka kan Gamers!"

Memang, Fita dan Dila itu gamers. Jangan coba ajak bicara kalo lagi nge game, bakal dikacangin. Pasti.

"Oh iya ya" Ayra menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.

"Ra, Bagi WA Reyhan dooong!" bisik Seli pada Ayra.

"Ngga mau! Buat apa? Gue harus minta ijin dulu sama dia"

"Yaa.. Lo nggak mau liat sahabat lo bahagia? Lo tega liat sahabat lo menderita? Lo nggak kasi-" ucapan Seli terhenti.

"Nih!" Ayra menyodorkan ponselnya kepada Seli dengan wajah cemberut.

"Yes! Makasih Ayra sayaangg!" ujar Seli sambil memeluk Ayra erat.

"Gue ambigu lihatnya" celetuk Dila yang daritadi melihat fenomena ini.

Segera Seli melepaskan pelukannya itu, dan mulai menyalin nomor WA Reyhan.

Di sisi lain, Cindy dan Zea telah mengambil flashdisk itu.

Terlihat dari arah lain dua cowok jakung yang sedang berjalan menuju Zea dan Cindy.

"Ze!" panggil salah satu cowok itu.

"Iya Rey?"

"Mm.. Anu" ucap Reyhan gelagapan.

"Anu? Hah, maksudnya?" Zea mulai kebingungan.

"Udah cepet ngomongnya! Gue buru-buru" saut Eja yang daritadi berada disampingnya.

"Eh.. Itu.. Gue boleh minta nomor WA lo?" tanya Reyhan dengan mengangkat kedua alisnya.

"Oh itu. Iya, boleh" Zea tersenyum sambil menyebutkan digit nomornya tersebut.

***

"Aah! Gua nyerah!" Rio mulai jengah dengan pelajaran seni ini.

Pasalnya, daritadi Rio telah mencoba memainkan biola yang ada di genggamannya tapi terus saja gagal. Nadanya selalu sumbang.

"Semangat dong!" balas Fita dengan senyuman yang merekah di wajahnya.

Seolah senyuman Fita tadi adalah sebuah energi bagi Rio, dia pun langsung mencoba mengulang gesekan biolanya tersebut.

"Makin deket aja lo sama Rio" ujar Seli sambil terus mencoba memainkan gitar di pangkuannya.

Sekarang, kelas Zea sedang berlangsung praktek musik. Guru seninya adalah pak Eko. Cukup menyeramkan tapi kadang juga menyenangkan.

"Ya gitu deh" jawab Fita singkat.

"Ze, lo belajar biola sama gitar dimana sih?" tanya Cindy yang menatap Zea heran.

"Dia itu suka banget sama musik. Di rumahnya aja dia punya dua gitar, dua biola, satu keyboard, dan satu recorder" jelas Seli pada Cindy.

"Gila! Lo bisa semuanya?" tanya Cindy tak percaya.

"Kalo biola kadang masih suka bingung" jawab Zea.

"Oh iya, satu lagi! Zea jago nyanyi!" tambah Seli dengan semangat.

"Waah bener?! Coba nyanyi dong!" Fita yang daritadi sibuk memperhatikan Rio kini sudah menatap Zea dengan semangat.

"Eh, anu.. Jangan deh!" tolak Zea halus.

"Baik anak-anak. Kalian buat kelompok empat orang, dua orang dari anggota kelompok kalian harus bernyanyi. Terserah mau genre apa. Sisanya, kalian harus bisa mengimbanginya dengan alat musik. Mengerti?" tiba-tiba pak Eko berdiri dari tempat duduknya.

"Mengerti" jawab seisi kelas.

"Minggu depan akan saya nilai. Kita akan melakukan praktek di ruang musik. Jadi, minggu depan kalian langsung kesana saja waktu pelajaran saya" tambah pak Eko.

Kriinngg!

Bel istirahat kedua berbunyi. Waktu ini dimanfaatkan untuk Zea dan kawan-kawannya untuk sholat dhuhur.

***

Setelah 15 menit berlalu, Zea dan kawan-kawannya kembali ke kelas. Masih ada sisa waktu 15 menit lagi untuk istirahat, tetapi mereka memilih untuk mendiskusikan judul lagu dan pembagian pemain alat musik untuk kelompoknya.

"Kalo menurut gue, Zea sama Fita yang nyanyi. Suara lo kan cukup bagus Fit" Cindy mengarahkan pandangannya kepada Fita.

"Wah... Bener, bener! Gue setuju!" balas Seli dengan semangat.

"Nah, karna kalo gue liat skill lebih ke keyboard, jadi lo keyboardistnya aja" usul Zea yang dibalas dengam anggukan setuju dari anggota kelompoknya.

"Gue gitaris aja gimana?" tanya Seli.

"Iya! Lo juga lumayan jago kok" balas Fita.

"Oke deh! Gue sama Fita nyanyi, Cindy keyboardist, dan Seli gitaris. Setuju?" tanya Zea sekali lagi.

"Setuju!" ketiganya mengangguk mantap mendengar penjelasan Zea.

"Mau nyanyi apa?" tanya Fita kepada ketiga temannya itu.

Zea menarik napas panjang dan memberi usul.

"Cinta dan Rahasia"

Sekali lagi. Ketiganya mengangguk mantap.


Terima kasih untuk para readers yang masih setia baca cerita aku😇

Mrs. Comblang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang