Chapter 29

931 53 1
                                    

Selamat membaca!

Author's POV

"Cindy, kak Nathalie masuk apa enggak?" tanya Zea saat berpapasan dengan Cindy.

"Hm, dia gak masuk. Gue tadi di kasih tau temen sekelasnya"

"Yaudah, nanti kita ke kak Tasya sama kak Jessi"

Mereka berdua menyusuri koridor yang masih lumayan sepi. Sepulangnya dari rumah Nathalie, Cindy tampak lesu. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian kemarin.

"Ze, boleh liat PR Fisika lo nggak?" tanya Cindy setibanya di kelas.

"Nih" Zea menyodorkan bukunya ke Cindy. "Gue nanti mau jelasin ke Fita juga"

"Iya. Gue ikut"

Setelah Cindy menyalin jawaban di buku Zea, tiba-tiba Fita datang dengan wajah cemberut.

"Fit, gue ma-" ucapan Cindy terpotong.

"Cukup!" Fita menoleh ke arah Zea.

"Gue udah putus sama Rio! Puas lo!"

Zea membulatkan matanya tak percaya.

"Fit, gue bisa jelasin se-"

"Cukup, Ze!" air mata mulai menggenang di kelopak mata Fita.

Sedangkan Zea dan Cindy berusaha untuk menjelaskan semuanya.

"Fit, gue bisa jelasin semuanya!" bentak Zea pada Fita dan membuat beberapa siswa disana menoleh.

"Tenang dulu, Ze" ujar Cindy. "Fit, please dengerin penjelasan kami"

Fita mendengus kesal seraya menatap Rio yang sedang memainkan ponselnya.

***

"Ja, sini lo!" panggil Seli.

"Apa?" Eja berjalan mendekat ke arah Seli yang masih memesan mie.

"Tolong temenin Zea dulu ya? Gue masih lama"

"Tumben cuma berdua?"

"Zea lagi pengen istirahat sama gue aja"

Setelah mendengar penjelasan Seli, Eja segera menghampiri Zea yang duduk di pojok kantin bersama minuman di depannya.

Zea terus saja dihantui rasa bersalah. Ia merasa sudah membuat ibu dan anak bertengkar, merusak hubungan orang lain, dan membuat teman-temannya repot.

"Hai" sapa Eja sembari duduk di depan Zea.

"Hai" balas Zea dengan senyum paksaan.

"Lo kenapa? Jangan melamun terus"

"Hm, nggak papa kok" Zea mengedarkan matanya mencari Reyhan.

"Rey kemana?" tanya Zea.

"Dia masih di kelas, tapi katanya nanti nyusul sama Ayra dan Dila juga" jawab Eja.

"Seli masih lama nggak ya?" gumam Zea seraya memainkan botol di hadapannya.

"Ze, lo kenapa?" Eja mengulang pertanyaannya tadi.

"Hai!" tiba-tiba Cindy datang sambil membawa satu mangkok mie dan ditemani oleh Reyhan, Ayra, Dila dan Farrel.

"Gue cabut dulu. Pusing!" Zea bangkit dari kursinya dan segera meninggalkan kantin.

"Ze, gue ikut!" Eja mengikuti langkah Zea.

"Tuh anak kenapa?" tanya Ayra pada Cindy.

"Sini gue ceritain" jawab Seli sambil duduk.

Di sisi lain, Eja masih berusaha mengejar Zea yang sedang berlari menuju taman belakang sekolah. Ia tau bahwa Zea masih memikirkan kejadian kemarin.

Sesampainya disana, Zea duduk dan menangis. Zea berpikir bahwa menjauh dari Eja itu lebih baik--mungkin. Tapi kenapa setiap dirinya menangis, Eja selalu ada disampingnya untuk menghibur?

"Zea" panggil Eja lembut.

"Pergi" jawab Zea yang masih tertunduk.

"Ze, lo gak us-"

"Pergi!" sentak Zea sekali lagi.

Eja tak terpengaruh dengan sentakan Zea tadi. Ia malah menghampiri dan duduk di sampingnya.

"Lo boleh bilang kalo gue itu cengeng!" ucap Zea saat Eja baru duduk di sampingnya.

"Lo gak cengeng. Manusia nangis itu normal. Mana ada manusia yang gak pernah nangis?"

Eja mendekatkan dirinya dengan Zea yang masih terisak. Angin yang berhembus semakin membuat suasana menjadi tenang, meskipun cewek disampingnya hati dan pikirannya tak tenang. Angin itu menerpa helai rambut Zea yang terurai.

"Zea" panggil Eja seraya menyelipkan rambut di telinga Zea.

Zea tak memberi jawaban. Eja tidak tega kalau orang yang disayang sedang sedih dan menangis. Hingga akhirnya, Eja memutuskan untuk memeluk Zea sangat erat.

"Gue tau lo masih mikirin masalah kemarin. Itu bukan salah lo, Ze. Udah jangan nangis" ucap Eja seraya memeluk dan mengelus rambut Zea dengan lembut.

Zea membenamkan kepalanya di dada bidang Eja. Jantungnya terasa berdegup kencang, pipinya mulai memanas.

"Jangan nangis! Gue gak mau liat orang yang gue sayang kayak gini" kata Eja lagi.

Setelah itu, Eja melepas pelukannya dan berganti memegang erat kedua tangan Zea. Ia terus mencoba menenangkan Zea yang masih menangis.

"Lo harus tau. Orang yang hatinya besar adalah orang yang meminta maaf, namun orang yang hatinya lebih besar lagi adalah mereka yang memaafkannya meskipun bisa membalasnya" ucap Eja sambil tersenyum menatap Zea.

Zea berhenti menangis. Ia mencoba mencermati ucapan Eja. Senyuman Zea mulai mengembang. Eja salah satu orang yang bisa membuat kesedihan Zea sedikit berkurang.

Tanpa sadar, Zea mengalungkan tangannya pada Eja dan langsung memeluknya. Eja membalas dengan melingkarkan tangannya di pinggang Zea. Mereka sama-sama merasakan degupan jantung yang sangat cepat.

Enak nih dipeluk Eja😆

Bentar lagi ceritanya udah mau habis nih...

Jangan lupa vote ya!

Mrs. Comblang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang