Chapter 19

918 51 1
                                    

Selamat membaca!

Zea's POV

"Kan, gue punya firasat kalo lo hobi keliling dunia, Ze!" kata Fita saat gue dan Eja baru sampai taman.

"Nenek lo nungging!" hardik gue sambil menaruh piring berisi siomay itu.

"Wah, siomay! Mau-mau!" Cindy berlari menuju meja lingkaran itu dan langsung mengambil siomay pakai garpu yang tersedia.

"Udah gak makan satu tahun ya?" tanya Reyhan heran.

Cindy hanya mendengarkan tanpa ada niat untuk membalas pertanyaan konyol Reyhan itu. Setelah menunggu Cindy menghabiskan makanan di mulutnya kelompok gue memulai latihan itu.

"Bentar!" ucap Reyhan.

Dia memberi kode kepada cowok bermata sipit itu untuk segera memperkenalkan dirinya. Cowok itu tersenyum dan melambaikan tangan kepada kami semua.

"Hai! Nama gue Giovanni Farrel Aureliano. Panggil aja Farrel. Gue sepupu Reyhan" katanya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Hai juga! Gue Zea" kata gue.

"Gue Fita"

"Gue Seli"

"Gue Cindy"

Kami pun saling berjabat tangan untuk memperkenalkan diri. Saat hendak latihan, tiba-tiba ada teriakan dari seorang cewek.

"Woi! Tunggu-tunggu!" Ayra dan Dila datang dengan keringat yang bercucuran.

"Abis dikejar anjing ya?" celetuk Eja.

"Diem!" Dila menyentak Eja dan langsung menghampiri gue.

"Ze!" ucap Dila sembari memegang kedua tangan gue.

Gue menautkan alis. Aneh. Gue lihat, Ayra langsung duduk lemas di bangku yang tersedia.

"Ze, ini penting!" ucap Dila dengan nada dramatis.

"Apaan?" tanya gue.

"Cerita aja Dil. Kali aja kami bisa bantu" kata Seli.

Suasana hening. Tidak ada yang bergeming. Dan hanya Ayra yang berbaring.

"Gue..." Dila menunduk. "Haus"

Semuanya tersentak mendengar pernyataan Dila. Termasuk gue. Andai saja dia batu kerikil yang tak terpakai, ingin sekali rasanya gue mau ngelemparnya jauh-jauh.

"Dil" panggil gue sambil memegang kedua pipi Dila.

"Apa Ze?"

"Ada dua pilihan" gue melepas pegangan gue.

"Apa?"

"Lo mau gue timpuk pakek batu, apa mau gue tenggelemin ke sungai Amazon? Biar sekalian dimakan Anaconda!" semuanya tertawa.

Dila hanya mengerucutkan bibirnya dan langsung mengambil minum dan duduk bersama Ayra.

"Kalian latihan gih! Gue udah barusan" kata Ayra.

15 menit sudah kelompok gue latihan. Jam menunjukkan pukul empat sore dan gue bolos les lagi.

Semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dila dan Fita asyik bermain game, Cindy membaca komik, Seli ngobrol sama Reyhan, Ayra asyik PDKT sama Farrel, dan Eja sedang mendengarkan musik dengan earphonennya sambil memejamkan matanya. Dia bersandar di bangku kosong samping gue.

"Eja!" panggil gue.

"Eja!" kali ini sedikit keras.

Terlintas ide dipikiran gue saat ini. Dengan gerakan perlahan tapi pasti, gue mendekat ke arah Eja dan langsung mencubit kedua pipinya secara kasar.

"Woi!" Eja menepis tangan gue.

"Sshh! Sakit geblek!" protes gue sambil memegangi tangan gue yang mulai merah.

"Duduk sini!" suruh Eja sambil menepuk-nepuk tempatnya duduk tadi.

Gue langsung ikutin ucapan Eja. Dia membungkuk di depan gue dan langsung menarik tangan gue yang sakit tadi secara halus.

"Jangan gangguin gue kalo gue lagi santai. Gue gak suka itu" katanya.

Dengan lembut, dia mengusap-usap tangan gue dan meniupnya beberapa kali. Gue hanya bisa terpaku melihatnya.

Eja berdiri dan langsung duduk disamping gue. "Maaf" ucapnya sambil menyelipkan rambut gue yang terkena angin ke telinga gue.

Tuh kan. Sial! Gue baper!

"Gue kira, lo itu cowok dingin yang gak mungkin bisa lembut kayak gini" celetuk sambil menetralkan degup jantung yang berpacu cepat.

Eja hanya terkekeh dan menjawabnya dengan santai.

"Es yang beku, kalo kena cahaya hangat bisa leleh juga kali, Za" katanya.

Gue gak tau maksud dia apa. Belum sempat gue nanyain maksud dia, tapi ponsel gue keburu bunyi.

Mama is calling📞...

Assalamualaikum. Kenapa Ma?

Waalaikumsalam. Kamu sendiri di rumah?

Sama temen-temen. Ada kak Ayra juga disini.

Mama sama papa nginep di villa sebelah kostnya kakak. Kamu nginep di rumah Ayra aja ya? Atau boleh kamu ngajak temen-temen kamu nginep di rumah.

Yaa.. Oke deh gapapa.

Makan malamnya beli aja. Besok mama sama papa udah nyampe.

Iya Ma.

Yaudah, jaga diri baik-baik. Assalamualaikum.

Waalaikumsalam.

Tuutt!

Gue memutus telepon itu. Gue diem untuk berpikir sejenak, lalu mengambil keputusan.

"Kenapa?" tanya Eja.

"Lo nginep disini. Temenin gue!"

"Apa?!"

"Ampun deh, lo gagal paham ya?" gue menepuk jidat.

"Ngapain lo ngajak-ngajak gue nginep?!" tanyanya dengan sedikit berteriak.

"Shut up! Ikut gue ke temen-temen!"

Tanpa berbicara, gue langsung narik tangan Eja dan mengumumkan sesuatu.

"Lepasin!" lagi-lagi, Eja menepis tangan gue.

"Guys! Kumpul sini! Gue mau ngomong" teriak gue.

Mereka pun menghampiri gue dan Eja.

"Apa?" tanya Dila.

"Kalian nginep sini ya? Gue sendiri nih"

"Ogah!" bales Eja ketus.

"Bokap nyokap lo nginep?" tanya Seli.

"Iya. Itu sih kalo kalian mau, kalo nggak ya gapapa. Gue bisa tidur di rumah kak Ayra"

"Gue mau!" jawab Fita, Seli, Ayra, Dila, Reyhan, dan Farrel serentak.

"So..sorry. Gue gabisa. Ta..tadi ada temen gue nelpon, ada urusan mendadak katanya" kata Cindy dengan wajah gugup.

"Ooh gitu ya? Iya udah, ngga papa kok Cin" kata gue.

"Yaudah deh. Gue ngikut Rey aja!" celetuk Eja.

Tanpa aba-aba, mereka semua membereskan piring, gelas dan alat musik yang tergeletak.

"Zea! Gue boleh pulang dulu nggak?" tanya Eja.

"Boleh. Emang kenapa?"

"Mau jelasin ke adek gue. Biar dia gak salah paham" Eja langsung mengambil kunci motornya dan bergegas keluar rumah.

"Ze, gue cabut dulu ya..." gue mengangguk

Cindy pun mengikuti langkah Eja keluar. Tapi, ada yang aneh dengan sikap Cindy. Kayak ada yang disembunyiin.

Kenapa ya Cindy?

Tunggu kelanjutannya di chapter berikutnya...

Mrs. Comblang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang