Chapter 5

1.2K 57 0
                                    

Happy reading guys!😀

Zea's POV

Sungguh, kakak kelas yang aneh. Wajah dipoles biar keliatan cantik, tapi malah kayak korban malapraktek produk kecantikan. Baju seragam yang sengaja dikecilin biar tubuh keliatan ramping, malah persis lontong di iket. Satu lagi. Rambut di cat warna-warni biar keren, eh mala kayak permen lolipop pasaran yang kadang dikasih formalin. Memang, ekspetasi tak seindah realita!

"Permisi, Eja nya ada?" tanya gue saat sampai di kelas Eja.

"Bentar, gue panggilin" bales seorang cowok bertubuh gempal.

"Jeaaa!" teriakan lantang dari kelas sebelah sukses bikin noleh ke arah dia.

"Gausah teriak-teriak! Ini sekolahan bukan hutan!" hardik gue memutar bola mata malas.

"Iya iya. Ngapain lo kesini?" tanya cewek itu.

"Ngasih ini" gue menunjukkan surat berwarna merah muda tersebut.

"Apaan tuh?" dan cuma gue bales dengan kedikan bahu.

"Eh, elo yang tadi pagi itu. Ngapain cari gue?" tanya Eja setibanya di hadapan gue.

"Jutek amat!" gumam Seli, tapi masih kedengeran jelas di kuping gue.

"Lo bilang apa tadi?!" sentak Eja pada cewek disamping gue ini.

"Udah! Nih, ada titipan buat lo!" sela gue melerai mereka.

"Dari siapa lagi sih!? Capek gue!" Eja bertanya pada diri sendiri.

"Mana gue tau!" dan begonya lagi, gue malah jawab pertanyaan itu.

"Gue nanya sama diri gue sendiri!"

"Woi, biasa aja kali kalo ngomong!" protes cewek tersebut sambil menutup kedua kupingnya.

"Lah, lu mau kemana Sel?" tanya gue heran.

"Bentar lagi bel, gue cabut dulu! Titip salam ke Rey!" jawab dia sedikit berteriak.

"Dih, dasar!" tiba-tiba Eja mendengus kesal.

"Kenapa lo?"

"Temenin gue nanti!"

"Heh! Gue gak kenal lo ya! Gak mau!" tolak gue sambil melipat kedua tangan ke depan dada.

"Issh! Yaudah. Sono lu pergi!"

"Gak usah di usir juga gue bakal pergi. Eneg gue liat muka lo yang sok cool itu!"

"Oi! Siapa nama lo?! Jadi cewek gak ada lembut-lembutnya gini!"

"Pikir aja sendiri!"

"Ooh. Gue tau nama lo! Aze? Ezza? Mmm.. Apa Ze..ze?" Eja menebak dengan kebingungan.

"Zea!"

"Nah itu! Gue juga mau ngomong gitu kok tadi. Hehehe"

"Nyebelin!"

"Satu lagi!" gue berhenti dan membalikkan badan ke arah Eja berdiri.

"Hm? Apa?" tanya Eja dengan nada malas.

"Jangan samain nama gue sama lo!" gue pun langsung pergi meninggalkan dia.

Tuh cowok gajelas banget sih?! Sok cool pula gayanya! Eh, tapi sekarang gue ngakuin kalo dia ganteng. Hehehe.

***

"Ayolah Sel, kak Ay! Plis kali ini aja!" gue memohon pada kedua cewek ini supaya mau nemenin gue ketemu dengan trio cabe itu.

"Aduh, aku takut Ze" bales Ayra.

"Iya! Ngeri gue liatnya" timpal Seli dengan pandangan tak lepas dari tiga cewek aneh tersebut.

"Aduh, sumpah gue takut! Ntar kalo gue di apa-apain gimana?" gue mulai cemas dan sedikit muncul keringat dingin. Itu tandanya gue kebelet .... Ya gitu deh.

"Gue temenin lo!" seseorang telah menepuk bahu kanan gue.

Gue pun berbalik dan sedikit kaget liat cowok itu.

"Eh.. Mmm.. Ng..nggak usah Rey! Gu..gue bisa ngurus sendiri kok" ucap gue sedikit terbata.

Seli udah mulai melempar tatapan sinisnya ke arah gue.

"Iya Rey! Gue sama Seli bakal nemenin Zea kok. Jadi lo gak usah repot-repot nemenin Zea. Hehe" saut Ayra canggung.

"Enggak kok. Gak repot sama sekali. Gue bantuin lo ya Ze?" tawar Reyhan dengan senyuman khasnya.

"Mm.. Aduh! Jangan deh Rey!" tolak gue halus.

"Iya, kita-kita aja yang nemenin Zea kesana" Seli angkat bicara tapi tak luput dari tatapan sinisnya ke arah gue.

"Bener nih gapapa?" tanya Reyhan sekali lagi.

"Iya!" jawab kami bertiga serentak.

"Yaudah, gue cabut dulu. Bye! Ati-ati ya!" Reyhan melambaikan tangan ke arah kami.

Perang dimulai!

Kini, gue, Seli, dan Ayra berjalan menuju depan mobil jazz berwarna merah tersebut. Gue lihat, kak Nathalie sedang menyipitkan matanya sambil terus liatin ke arah gue.

"Guys! Berdoa mulai!" ucap gue sambil terus berjalan.

"Gue masih terus berdoa agar lo dapet ngadepin tiga curut itu!" celetuk Seli dari belakang gue.

"Dek, semangat!" timpal Ayra.

Setibanya disana, kami bertiga disambut dengan tatapan sinis, jutek, aneh, dan yang pastinya MENGERIKAN!

"Ha..hai kak" ucap gue setibanya di hadapan mereka.

"Gak usah basa-basi! Gimana suratnya? Lo udah nyampein pesen gue gak? Terus kata dia apa? Nggak dibuang kan suratnya?" tanya kak Nathalie bertubi-tubi.

Aduh! Gue lupa lagi gak nyampein pesan tadi! Bo'ong aja deh. Udah kepepet.

"U..udah kok kak. Nggak dibuang sama Eja"

"Oke deh!"

Mereka pun memasuki mobil berwarna merah itu dan pergi dari hadapan kami bertiga.

Kami menghela napas lega.

"Terima kasih Tuhan!" celetuk Ayra setelah mobil mereka meninggalkan parkiran.

"What!? Gak ngucapin 'makasih' gitu?" tanya gue heran dan sedikit melotot.

"Udah biasa. Kalo cabe seperti mereka kelakuannya emang begitu. Mereka kan cabe yang terkenal seantero sekolah" jelas Seli pada gue.

"Hm... Yaudah, pulang yuk!"

***

"Pusing pala ekeee" ucap gue sesampainya di kamar.

Gue merebahkan diri hingga membentuk bintang besar. Tak lupa untuk menyalakan AC yang ada di kamar gue.

"Zea! Turun dulu! Mama mau ngomong" teriak mama gue dari bawah.

"Iya!"

Sesampainya di bawah, gue lihat papa dan mama sudah rapi. Entah mau kemana.

"Zea, jaga rumah ya. Papa sama mama mau ke rumah temen papa. Mau kondangan sekalian bantu-bantu" jelas mama pada gue.

"Pulangnya malem, mama udah masakin kok, jadi gak perlu beli" jelas mama sekali lagi.

"Iya. Hati-hati ya!" gue pun mencium punggung telapak tangan mereka berdua.

Sepi! gue mendengus kesal dan kembali pergi ke kamar.

Tunggu chapter selanjutnya😃

Jangan lupa untuk vote dan komen ya. Makasih😚

Mrs. Comblang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang