Chapter 17

964 50 2
                                    

Happy reading!

Author's POV

Sesampainya di rumah Zea, Eja segera memarkirkan motornya ke halaman rumah Zea. Eja menghela napas panjang ketika sampai disana. Dia khawatir Zea dimarahi karena pulang sore, apalagi yang mengantar adalah cowok yang baru dikenal Zea.

"Eja, yuk masuk!" ajak Zea seraya berjalan memasuki rumah.

Eja hanya mengangguk dan mengikuti langkah Zea.

"Assalamualaikum" ucap Zea dan Eja saat mereka sampai di ambang pintu.

"Waalaikumsalam" mama Zea keluar dengan wajah heran. "Kok pulangnya sore?" tanya mama Zea.

"Eja suruh masuk dulu ma, biar bisa jelasin" kata Zea.

"Oh iya, maaf. Masuk Ja" mama Zea mempersilahkan Eja masuk.

Eja pun mulai bercerita tentang kejadian yang dialami Zea. Mama Zea serius mendengarkan cerita Eja.

"Minum dulu Ja" suruh Zea setelah membuatkan minum untuk Eja.

"Iya" Eja pun meneguk minuman itu.

"Tuh kan! Gak salah lagi kalo mama kasih julukan _'My Hero'_ buat Eja!" celetuk mama seraya membusungkan dadanya.

"Ah tante, bisa aja!" kata Eja dengan malu-malu.

"Idih... Pakek malu-malu segala!" gumam Zea.

Setelah mengobrol sedikit dengan Eja, mama Zea izin ke toilet. Hanya tinggal Eja dan Zea berdua di ruang tamu. Suasana hening menyelimuti mereka. Hingga Zea memprotes Eja yamg sedari tadi mengamatinya.

"Ngapain lo liat-liat?!" tanya Zea dengan nada ketus.

"Mata-mata gue kali!" balas Eja tak kalah ketusnya.

Tadi romantis, sekarang dramatis! batin Zea.

Zea mendecih kesal sambil memalingkan wajahnya dari Eja.

"Sok ngambek!" ucap Eja seraya memalingkan wajahnya dari Zea.

Zea hanya mengumpat kesal dalam hati. Karena tak ingin berdebat, Zea memutuskan untuk tidak menggubris ucapan Eja. Yang ada, Zea semakin emosi jika berdebat dengannya.

Dalam benak Zea, dia ingin sekali menanyakan satu hal kepada Eja. Tapi Zea gengsi, karena saat ini dia pura-pura ngambek kepada Eja.

"Mm.. Ja" panggil Zea dengan lembut.

"Apa?" Eja hanya menjawab dengan acuh tak acuh.

"Waktu itu katanya lo gak ogah bantuin gue, sekarang kok ngikutin omongan gue?"

Eja menatap lekat mata Zea. Eja juga sebenarnya bingung dengan perasaannya saat ini ke Zea. Bagi Eja, Zea adalah cewek satu-satunya yang membuat perasaan Eja tak karuan.

"Ja?" Zea memainkan tangannya tepat di depan wajah Eja.

Tak sengaja jari lentik Zea menyentuh hidung mancung Eja. Eja yang setengah sadar dari lamunannya itu langsung memegang pergelangan tangan Zea.

"Eh!" Zea mencodongkan tubuhnya lebih dekat karena tarikan dari Eja.

"Ja, lepasin ih!" protes Zea sambil berusaha melepas cengkraman Eja.

Setelah sadar sepenuhnya, Eja pun langsung melepas cengkraman itu dan menggeleng kepalanya dengan cepat.

"Sorry!" ucap Eja merasa tak enak. Zea hanya terdiam melihat tingkah Eja yang aneh.

"Maaf. Lama ya nungguinnya?" tiba-tiba mama Zea datang menghampiri mereka.

"Ngga papa kok Tan" jawab Eja sopan.

Mrs. Comblang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang