Chapter 23

980 51 2
                                    

Selamat membaca!

Zea's POV

"Ngapain lo ngajak gue keluar?" tanya gue sambil menerima helm dari Eja.

"Gue tau lo kepikiran sama masalah Cindy. So, gue ajak lo buat nenangin pikiran lo!"

Gue pun naik ke atas motor ninjanya. Eja melajukan motornya dengan kecepatan normal. Saat gue sampai di depan rumah Ayra, Ia terlihat celingak-celinguk.

"Samperin dia dulu!" suruh gue sambil menepuk bahu Eja. Eja mengangguk.

"Ngapain kak?" tanya gue saat sampai di hadapannya.

"Mau nyebrang" katanya.

"Emang mau kemana?"

"Ke toko bu Amel, beli micin"

"Sesungguhnya micin telah memberikan generasi yang buruk pada manusia" ucap gue dramatis. Mereka tertawa mendengar ucapan gue.

Sungguh menyedihkan nasibmu, micin.

"Kamu mau kemana?" tanya Ayra melirik Eja.

"Mau keluar bentar. Refreshing gitu deh" jawab gue.

"Tumben dibolehin?"

"Kesambet kali mama" gue nyengir. "Yaudah, aku cabut dulu!"

Ayra mengangguk. Gue dan Eja segera pergi darisana. Gue gak tau Eja mau ajak gue kemana, yang penting gue bisa sedikit mengurangi pikiran-pikiran tentang masalah yang gue hadapi sekarang.

Eja memarkirkan motornya. Gue nunggu dia di bangku taman yang tak jauh dari parkiran itu. Selesai memarkirkan motornya, Eja menghampiri gue.

"Lo suka nikmatin udara malam kayak gini ya?" tanya Eja sembari duduk di samping gue.

"Iya. Ngerasa tenang gitu kalo gue rasain" jawab gue tanpa menoleh ke Eja.

Hening sesaat. Karena taman saat ini tidak begitu ramai, jadi hanya ada suara air mancur yang menemani gue dan Eja.

"Lo masih kepikiran?" Eja memecah keheningan tersebut.

Gue mengangguk pasrah. Eja menghembuskan napas panjang.

"Sebagai teman yang baik, gue gak bakal biarin lo kayak gini, Ze" katanya.

Gue melihat Eja yang sedang menatap beberapa orang yang sedang duduk-duduk di depan sana.

"Sekarang lo kok perhatian gini sama gue?" tanya gue sambil memicingkan mata menatap Eja.

Eja menoleh dan langsung terkekeh.

"Apa sih lo!?" Eja mendorong dahi gue dengan telunjuknya.

"Gue gak nyangka Cindy bakal kayak gitu ke gue" gue tersenyum kecut dan tertunduk, lagi.

"Hei! Masih banyak temen lo di luar sana! Mereka pasti kasih semangat buat lo! Termasuk gue" Eja menoleh ke gue dengan senyuman manisnya.

"Tapi, Ja. Mereka nyuruh gue jauhin lo!" gue menatap Eja dengan penuh binar. Gue pengen nangis.

Entah kenapa, gue ngerasa nyaman deket sama dia. Gak enak kalo kelamaan jauh sama dia.

"Gak usah dipikirin! Gue aja gak ada niat buat jauhin lo, kenapa lo harus takut?"

Gue kehilangan kata-kata. Masak gue harus bilang kalo gue suka deket dia? Gila kali!

Hening lagi. Hingga tiba-tiba ada penjual es krim yang lewat. Eja memanggilnya, dan menghampirinya.

Gue cuma diem nungguin dia yang lagi beli es krim. Gue gak mood apa-apa sekarang. Beberapa menit kemudian, Eja kembali dengan membawa dua es krim di tangannya.

Mrs. Comblang [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang