♥♥♥Pesta kecil-kecilan mereka sudah dimulai. Livia duduk kembali bersama dengan anggota keluarga David yang lain. Aurora belum juga turun dari kamarnya. Sedangkan David sibuk membantu Johan dan para pria lainnya yang sedang membuat ikan bakar. Livia hanya tersenyum mendengar percakapan keluarga David yang begitu ramah dan mau menerima dia menjadi bagian dari mereka.
Livia melirik David yang sedang membakar ikan sambil tertawa dengan papa-nya. Livia tersenyum tipis. Lalu, rasa ngidamnya mulai muncul lagi. Ia langsung mengambil coklat dari dalam tas yang dibelikan David tadi sore dan menciumnya. Anggota keluarga David yang lain menoleh padanya lalu menggelengkan kepala mereka.
“Selamat menikmati.” Kata Lauren seraya mengedipakan sebelah matanya. Livia hanya tersenyum singkat.
Livia kembali menoleh ke arah David. Grace datang kepada David sambil berbicara sesuatu kepada David. Livia mengerutkan keningnya heran. Tiba-tiba saja tenggorokkannya terasa kering. Livia berdiri.
“Mau kemana?” tanya Lauren.
“Aku ingin minum.” Jawab Livia. Ia menoleh singkat ke luar ruangan mencari David. Tapi, pria itu sudah tidak ada. Livia menggelengkan kepala lalu berjalan ke dapur mengambil air minuman. Coklatnya sudah tidak mau ia cium dan langsung membuangnya ke dalam tempat sampah.
Sambil memegang gelas berisi air, Livia berjalan ke taman belakang tempat mereka membakar ikan. Livia mengibaskan tangannya diwajah untuk menghidari asap. Ia menghampiri Grace yang sedang bersama Johan.“Aunty.” Panggil Livia. Grace menoleh.
“Ada apa sayang? Kau butuh sesuatu?” tanya Grace.
Livia menggeleng,“David dimana?” tanya-nya.
“Oh, David sedang memanggil Aurora dikamar-nya.” Jawab Grace. Livia mengangguk. Livia langsung kembali masuk ke dalam rumah dan menyusul David ke kamar Aurora.
Saat hampir sampai dikamarnya Aurora, Livia mendengar ada percakapan disana. Livia mempercepat langkah kakinya. Pintu kamar Aurora tidak ditutup. Livia berdiri dibalik dinding sambil mengintip ke dalam, karena sepertinya Aurora dan David sedang berbicara serius. Livia bisa melihat dengan jelas kalau Aurora sedang duduk diranjang dan David berdiri dihadapannya.
“Jadi benar kalau kamu akan menikah?” tanya Aurora.
David mengangguk. “Ya. Aku menikah.” Jawabnya.
“Dengan perempuan itu?”
“Iya.”
“Bagaimana dengan janji perjodohan kita dulu?” tanya Aurora. Ia menatap David tajam. David menunduk.
“Aku tidak tahu.”
“Kau tahu kan? Janji adalah hutang dan hutang harus dibayar.” Ucap Aurora.
“Iya aku tahu itu.” Gumam David lemah. Ia berjongkok dihadapan Aurora sambil meremas rambutnya.
“Jadi, kalau kamu sudah tahu janji adalah hutang yang harus dibayar. Sebaiknya sekarang tinggalkan perempuan itu!” kata Aurora.
David meremas rambutnya frustasi lalu menatap Aurora. “Aku tidak bisa!”
“Kenapa? Karena dia sedang mengandung anakmu?” tanya Aurora, nada suaranya menjadi pelan dan terdengar lirih. David mengangguk.
“Itu mudah. Jika nanti anaknya lahir, kau bisa mengambilnya dan mengurusnya tanpa harus menikahinya. Setelah itu semuanya selesai.” Kata Aurora.
“Tidak! Itu tidak bisa. Lagi pula perjodohan itu saat kita masih kecil, masih anak-anak jadi belum tahu apa-apa.” kata David. Ia berdiri lagi depan Aurora. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Girl and Mr Arrogant [SELESAI]
Romantik[COMPLETED] Hidupku tidak lagi tenang setelah kedatangan gadis bodoh itu. Gadis yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi, tidak dikantor ataupun diluar kantor dia selalu mengikutiku. Dia sungguh menyebalkan! -David Christopher- [IFD - 20092017-240...