Bab 13

45.2K 1.8K 72
                                    

Hari sudah malam Livia sedang duduk sendirian di tempat tidurnya sembari menatap hujan lebat yang turun dengan derasnya diluar jendela.

Pikirannya masih terbayang-bayang kejadian tadi saat David menciumnya. Pipinya kembali memanas dan tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Tiba-tiba saja Livia merasakan ingin buang air kecil. Dengan cepat ia bergerak turun dari tempat tidur-nya dan berlari ke kamar mandi. Saat sedang buang air kecil tiba-tiba saja listriknya mati.

Livia panik dan langsung memakai celananya dan menyiram kloset-nya. Dengan hati-hati Livia keluar dari kamar mandinya. Dia juga takut dengan kegelapan. Cepat-cepat ia mengambil ponselnya di tempat tidur.

Jaringan ponselnya tidak ada. Livia naik ke tempat tidur dan melihat keluar dari jendelanya. Tampaknya seluruh kota terjadi pemadaman listrik.

Hujan, angin dan petir yang sangat kencang membuat siapa saja takut berada diluar. Livia menyalakan ponselnya dan mencari jaket dan kunci mobil-nya. Dia tidak mau tinggal sendirian di apartemen. Orang pertama yang ada dipikirannya adalah David. Selalu David.

Livia menatap sejenak keluar lagi. Menyeramkan. Tapi, Livia sudah bertekad untuk tidak sendirian di apartemennya ini. Dengan berhati-hati Livia keluar dari apartemennya. Sepanjang lorong apartemen yang dilewatinya gelap gulita. Livia bahkan setengah berlari melewati lorong itu. sampai di loby apartemen banyak orang yang sedang berkumpul.

Livia melewati mereka begitu saja. Tapi saat tubuhnya ingin keluar apartemen tangannya ditahan seseorang. Livia berhenti dan menoleh.

“Jack?” panggil Livia.

“Kau mau kemana hujan lebat begini?” tanya Jack.

“Aku mau ke rumah David.” Jawab Livia.

“Tapi, cuaca sedang tidak baik.” Larang Jack. Livia tersenyum lalu menggeleng.

“Aku akan baik-baik saja. Selamat Malam.” Livia langsung melepaskan tangan Jack dan berlari keluar apartemen sebelum pria itu mencegahnya.
Livia masuk ke dalam mobilnya dan menyalahkan mesin mobilnya lalu langsung meninggalkan area parkiran menuju rumah David.

Sepanjang perjalanan Livia memutar radio yang membicarakan kalau seluruh kota terjadi pemadaman listrik. Jalanan tidak macet tapi pohon tumbang dan angin yang sangat kencang membuat Livia sedikit merinding dan memanjatkan doa dalam hatinya.

♥♥♥

Tidak butuh waktu lama Livia sudah tiba di rumah David. Ia memarkirkan mobilnya. tapi, yang buat dia bingung sekarang adalah cara keluar dari mobil. Dia ceroboh! Dia tidak membawa payung.

Suara petir membuatnya menjerit dan langsung mengambil ponselnya dan berlari ke rumah David.

Tubuhnya sedikit kebasahan. Livia menghembuskan nafasnya lalu mengetuk pintu dengan keras, karena dia yakin tidak akan ada yang dengan kalau ketukan pelan apalagi ini hujat deras.

Tidak lama kemudian pintu terbuka.

Livia menjerit saat melihat sosok wanita yang membukakan pintu. Memakai pakaian tidur berwarna putih, rambut yang acak-acakkan dan wajah yang amat putih.

“Aaa!!!” jerit Livia. Orang itu ikut juga menjerit.

Livia berhenti saat mendengar suara yang dia kenal itu menjerit.
Livia mengernyit, “ Aunty?” panggil Livia.

Wanita itu berhenti menjerit dan menatap Livia. “Livia?”

Livia tertawa saat mengetahui itu ibu David. Begitu juga dengan Grace.
“Ada apa sayang malam-malam begini ke sini? Hujan lagi... ayo masuk.” Ucap Garce dan mengajak Livia masuk. Rumah David gelap sekali seperti rumah di filem horor.

Stupid Girl and Mr Arrogant [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang