Seorang gadis berpenampilan norak dengan kaca mata yang besar, rambut dikepang dua, kemeja dengan lengan panjang lengkap dengan rok panjang dan sepatu vantovelnya, yang terlihat sangat menjijikkan dan terkesan sangat cupu. Ia sedang menengok keluar jendela kelasnya, yang ia lihat adalah perubahan langit yang tadinya berwarna biru sekarang mulai menghitam. Namanya Livia Paramita.
Ia mendesah pelan. Beberapa hari ini cuaca selalu berubah-ubah, membuat siapa saja menjadi malas termasuk dia. Sekarang ia masih di sekolahnya. Ia masih mempersiapkan dirinya untuk pulang. Ia mengisi semua buku dan alat tulisnya ke dalam tas, lalu merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah payung berwarna biru tua yang dihiasi gambar kupu-kupu kecil yang cantik. Ia tersenyum kecil, lalu berjalan keluar kelas sambil memegang payung itu.
Setibanya di luar kelas, ia langsung membuka payung itu. Tapi, saat ia mau berjalan tiba-tiba lengannya disabar halus oleh seseorang dan disampingnya tiba-tiba sudah berdiri seorang laki-laki yang juga menggunakan seragam sekolah yang sama dengannya. Laki-laki itu menatapnya.Rambut laki-laki itu sedikit basah dan aroma parfum laki-laki tercium sangat lekat diindra penciumannya.
“Boleh aku menumpang payungmu sampai ke tempat parkir?,” tanyanya dengan suara datar. Livia hanya mengangguk sekali, lalu mengantarkan laki-laki itu ke parkiran.
“Terima kasih,” ucap laki-laki itu.
“Sama-sama,” balas Livia.
Ia masih berdiri disamping laki-laki itu. Ia tidak beranjak sedikitpun. Ia mengamati laki-laki itu yang mengambil sesuatu dari dalam bagasi motornya. Sebuah jaket kulit hitam, lalu laki-laki itu memakainya.
Seakan tersadar, laki-laki itu menengok kearah Livia, lalu menaikan sebelah alisnya, “Ada apa?,” Livia langsung menggeleng. Satu hal yang ia sadari kalau laki-laki yang ada dihadapannya saat ini sungguh luar biasa tampan.
Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Livia, sehingga tubuh gadis itu menegang, “Kau jangan besar kepala dulu. Aku hanya menumpang payung. Tidak ada maksud lain.” Ucap laki-laki itu dengan dingin tepat di depan wajah Livia. Mungkin bagi perempuan lain kata-kata seperti itu merupakan sindiran halus. Tapi, bagi Livia kata-kata itu seperti memiliki arti lain. Ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ada getaran aneh dan juga daya tarik yang sangat aneh saat ia berdekatan dengan laki-laki dihadapannya saat ini. Padahal ini adalah awal mereka bertemu.
Laki-laki itu memutar tubuhnya dan hendak menaiki motor besarnya. Tapi, Livia berjalan dengan cepat dan langsung memegang pergelangan tangan laki-laki itu. Ia tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang.
Laki-laki itu menatapnya dan menaikan sebelah alisnya lagi, “Apa yang kau lakukan?,” Livia tersenyum, “boleh aku tahu namamu?,” Laki-laki itu menepis tangannya dengan sedikit kasar.
“Kau tidak perlu tahu namaku.” Jawabnya dengan dingin. Tapi, Livia hanya senyum-senyum sendiri mendengar jawaban laki-laki itu. Ia semakin tertarik untuk mengetahui laki-laki itu.
“Namamu siapa?,”
“David Christopher,” setelah menjawab dengan nada datarnya. Laki-laki itu langsung memakai helm-nya dan meninggalkan Livia yang masih tidak berkutik dari tempatnya.
Hingga beberapa detik kemudian, “DAVID!’ Seakan-akan memenangkan sesuatu, Livia berteriak hingga David harus menghentikan motornya dengan tiba-tiba. David membuka helmnya dengan kesal. Tidak peduli kalau saat ini sedang hujan. Ia menatap ke arah Livia yang saat ini juga sedang menatapnya.
“Kenapa kau meneriaki namaku?!” tanya David dengan kesal. Livia berlari ke arah David dengan payungnya. Lalu Ia memakaikan payung itu ke atas kepala David agar laki-laki itu tidak kebasahan.
“Aku suka dengan namamu.” Jawabnya dengan girang sedang sambil menatap David.
“Kau ini bodoh atau apa?” tanya David dengan frustasi.
“Aku tidak bodoh. Aku hanya suka dengan namamu. Dan... aku sepertinya menyukaimu juga,” David menggelengkan kepalanya, lalu hendak menyalakan mesih motornya lagi. Mungkin bagi David perempuan ini sedang bermain-main.
“Pulanglah! Mungkin kau harus meminum obatmu,” usir David.
Livia menyerigai, “Kau pikir aku gila?” tanyanya dengan tidak terima.
David tertawa kecil, “Kau ternyata bukan cuma Gila. Kau juga Bodoh!” ucap laki-laki itu dengan pedasnya. Tapi, entah kenapa pipi Livia menjadi panas hingga ia merasa hampir saja terbakar.“Apa kau tidak menyukaiku?” tanya Livia.
David menelan salivanya dengan susah payah. Aneh sekali, mereka baru bertemu dan perempuan ini sudah berani berkata seperti itu padanya. Walaupun banyak gadis yang terang-terangan mengungkapkan perasaanya pada David. Tapi, ini berbeda. Perempuan ini sungguh aneh.
“Sudah ku bilang kau pasti bodoh! Pertanyaanmu bodoh sekali!”
“Kau harus menyukaiku.” David langsung menggeleng.
“Suatu hari nanti kau pasti akan menyukaiku dan kau akan menjadi milikku.” Ucap Livia dengan yakin sekali.
“Dasar bodoh!” David langsung menyalakan mesin motornya dan langsung menancap gas meninggalkan Livia.
“Suatu hari nanti kau akan menjadi milikku David Christopher.”
Beberapa tahun kemudian..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Girl and Mr Arrogant [SELESAI]
Romance[COMPLETED] Hidupku tidak lagi tenang setelah kedatangan gadis bodoh itu. Gadis yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi, tidak dikantor ataupun diluar kantor dia selalu mengikutiku. Dia sungguh menyebalkan! -David Christopher- [IFD - 20092017-240...