“Semuanya tidak mudah bagi Livia, dav.” Kata Lily kepada David. Mereka semua sudah menunggu lebih dari 5 jam di luar ruang rawat Livia. Mereka tidak diizinkan masuk oleh Livia kecuali dokter. David hanya diam mendengar kata-kata Lily.
“Kau pasti lelah. Pulanglah, biar tante dan om yang menjaga Livia disini. Dia juga masih butuh waktu... dan semoga besok dia bisa menerima kita.” Kata Lily lagi. David mengangguk lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
Refy yang duduk disamping David langsung menepuk bahu calon menantunya itu, “Kau tidak usah khawatir. Dia akan segera membaik.”
“Tapi dia trauma. Aku hanya takut dia tidak bisa menerimaku. Itu saja.” Kata David lirih.
Refy menarik nafas panjang, “Sejak kecil Livia selalu mendapatkan apapun yang dia mau, karena aku selalu memanjakannya, “ Refy melirik Lily yang sedang berdiri didepan pintu ruangan Livia, “Setelah melahirkan Livia, Lily tidak bisa hamil lagi. Mendapatkan Livia saja merupakan anugerah dari Tuhan. Lily dulu didiagnosa madul oleh dokter... dan saat kami tahu Lily hamil, aku sangat menjaganya bahkan aku mengerjakan tugas kantor di rumah hanya untuk menjaganya selama hamil. Hingga Livia hadir, aku merasakan bahagia dan lengkap. Jujur, waktu aku tahu kau menghamili Livia, saat itu juga aku sebenarnya ingin membunuhmu.” Mata David langsung membesar sempurna. Tapi Refy hanya tersenyum dan menepuk pundak David sekali lagi.
“Tapi aku melihat kebahagian yang sangat besar dimata putriku. Dia begitu mencintaimu sampai dia tidak peduli kau selalu menolaknya.” Kata refy.
“Maafkan saya.” Kata David.
“Untuk kesalahan yang kau lakukan, aku sudah memaafkanmu. Aku senang kau mau bertanggung jawab atas kesalahanmu. Tapi aku mohon, sebagai seorang ayah jangan pernah menyakitinya lagi. Ini terakhirnya aku melihat dia bersedih.” Kata Refy. David mengangguk.
“Apa kau mencintai putriku?” tanya Refy.
“Iya. Aku mencintainya.” Jawab David yakin.
Refy tersenyum, “Saat SMA Livia bilang kepadaku kalau kau cinta pertamanya. Tapi itu salah. Seorang ayah adalah cinta pertama putrinya.” David terseyum mendengar kata-kata Refy.
“Lakukan yang terbaik untuk mendapatkan Livia lagi. Karena untuk sekarang ini tidak ada yang mudah.” David mengangguk.
Dalam hati David berjanji untuk menjaga Livia. Ia tidak akan mengecewakan keluarga Livia lagi.♥♥♥
Tengah malam diam-diam David masuk ke ruangan Livia di saat semua sudah tertidur, begitu juga Livia. David berdiri di samping Livia yang tertidur lelap dengan matanya yang sedikit bengkak sehabis menangis. Tubuh Livia masih dipasang infus. David menarik nafas panjang sambil mengelus dengan lembut rambut Livia.
“Maafkan aku sayang, aku mencintaimu.” Gumam David pelan lalu menunduk dan mencium lembut kepala Livia.
Pelan-pelan David memakaikan selimut di tubuh Livia. lalu David keluar dari ruang rawat Livia.♥♥♥
Pagi hari Livia terbangun dan melihat tubuhnya sudah dipakaikan selimut. Ia mengerutkan keningnya sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing. Ia tidak peduli dengan selimut itu, ia duduk di tempat tidurnya. Lalu pintu ruangan terbuka.
Seorang perawat cantik datang membawakan bunga segar, “Selamat pagi, saya ingin mengantarkan bunga ini.” Livia tidak menjawab, ia hanya mengangguk. Perawat cantik itu menaruh bunga itu di vas bunga kosong yang berada disudut ruangan.
Pikir Livia, mungkin setiap pagi mereka akan mengisi atau mengantikan bunga di kamar pasien. Livia mengangkat bahunya. Setelah perawat itu menaruh bunga itu, ia langsung pamit keluar. Saat perawat membuka pintu, Lily dan Refy pelan-pelan masuk dan menutup pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Girl and Mr Arrogant [SELESAI]
Roman d'amour[COMPLETED] Hidupku tidak lagi tenang setelah kedatangan gadis bodoh itu. Gadis yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi, tidak dikantor ataupun diluar kantor dia selalu mengikutiku. Dia sungguh menyebalkan! -David Christopher- [IFD - 20092017-240...