1. Intro: Singularity

3K 168 26
                                    

"KIM Taehyung?"

"Ya. Kudengar dia sering ke sini."

Pria bertopi hitam yang sedang mengisap rokok itu menatap pria yang baru saja menghampirinya dengan pandangan menilai. "Aku mengenalnya. Kau perlu sesuatu?"

"Aku sedang mencari informasi tentang dia. Bisa membantuku?"

"Tentu." Pria topi hitam itu menekan ujung rokoknya yang masih menyala ke meja hingga bara apinya padam. "Tapi perlu kau tahu, aku tidak akan melakukan sesuatu dengan cuma-cuma."

"Berapa yang kau inginkan?"

"Tidak banyak," katanya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Satu juta?"

"Ini pemerasan."

Ia mengangkat bahunya acuh. "Ini bisnis. Tidak ada uang, tidak ada informasi yang bisa diperjualbelikan."

Si pria satunya terdiam ragu memikirkan penawaran barusan. Sampai lawan bicaranya jenuh dan berniat pergi ketika ia akhirnya menjawab.

"Baiklah, satu juta. Berikan semua informasi tentang Kim Taehyung. Informasi itu tidak sampai, aku tidak akan membayar se-won pun."

"Tenang saja, kau tidak akan kecewa."

<STIGMA>

"Hyora-ya, kau tidak apa-apa kutinggal sendirian? Kau bisa langsung menutup café setelah membersihkan meja nomor 7 di ujung sana sebelum pulang, dan pastikan pria yang duduk di situ tidak membuat masalah di café-ku. Aku sempat mencium bau alkohol di mulutnya."

Hyora baru saja selesai mencuci setumpuk piring kotor ketika Kim Seokjin berjalan ke dapur sambil melepaskan celemek yang terikat di tubuhnya.

"Ne¹, oppa²," balasnya patuh, memperhatikan langkah Seokjin yang terburu-buru. "Apa terjadi sesuatu?" (¹Ya; ²Panggilan dari perempuan untuk laki-laki yang lebih tua)

"Sunhee. Dia mimisan lagi," kata Seokjin, masih dengan kesibukannya memakai mantel. "Aku harus pergi sekarang. Jaga dirimu, udara sangat dingin di luar. Langsung telepon aku kalau ada masalah, oke?"

Hyora mengangguk. "Hati-hati di jalan. Salam untuk eonnie¹." (¹Panggilan dari perempuan yang lebih muda untuk perempuan yang lebih tua)

Seokjin menjawab dengan anggukan kepala, lalu membuka pintu belakang yang biasa dipakai karyawan café untuk keluar masuk. "Aku pergi."

"Ne..."

Hyora menghela napas panjang setelah Seokjin keluar.

"Beruntung sekali jadi Sunhee eonnie, selalu mendapat prioritas paling atas dari oppa. Aku juga ingin," katanya, berbicara pada dirinya sendiri sambil membuka sarung tangan merah muda yang biasa ia pakai untuk mencuci piring.

"Pabo¹. Selamanya kau hanya akan dia anggap sebagai dongsaeng²-nya. Tidak lebih. Ingat itu." Hyora masih bermonolog sambil melangkah mengambil peralatan pel di ujung dapur. (¹Bodoh; ²Adik)

Dongsaeng.

Mendadak Hyora sangat terganggu dengan satu kata itu entah kenapa. Seharusnya ia senang ada seseorang yang memperlakukannya seperti adik kandung mengingat sejak dulu ia ingin sekali memiliki seorang kakak. Tapi Hyora tidak suka jika Seokjin yang melakukannya.

Ia semacam... Menginginkan lebih dari itu?

Hyora menghembuskan napas sedih. "Kau bahkan tidak masuk salah satu list tipe idealnya."

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang