27. We Are Bulletproof Pt.2

464 63 6
                                    

Taehyung's POV

SUARA tepukan tangan merambat ke udara lalu memantul di seluruh lantai dasar bangunan. Aku langsung tahu bahwa itu adalah Ahn Jaehyun yang baru muncul setelah setengah dari anak buahnya telah berhasil kami singkirkan.

Aku memaksa diriku untuk berdiri walau sekujur tubuhku terasa ngilu karena gerakan kecil sekalipun. Daewook sudah lebih dulu melangkah ke tengah-tengah bangunan dan tetap waspada pada Ahn Jaehyun yang berdiri bersama anak buahnya yang tersisa di dekat eskalator. Sempat kulihat tiga wajah familier yang waktu itu membuatku dan Hyora masuk rumah sakit.

Jungwon ada di belakang, mengawasi langkahku yang terpincang-pincang menyusul Daewook. Rekan-rekanku yang lain menyebar hampir di setengah bangunan, mengarahkan mulut senjata mereka masing-masing ke arah orang yang ada di belakang Ahn Jaehyun.

"Aku bisa langsung menembak kepalanya, kalian tahu? Haruskah aku melakukannya?" usul Yoongi yang kuyakini sudah menempatkan bidikkan senjatanya di dahi Ahn Jaehyun.

"Mari kita dengar omong kosongnya terlebih dulu," jawab Daewook tanpa mengalihkan pandangannya pada orang-orang di depan.

Jungwon yang sudah beralih ke sampingku juga ikut menimpali, "Ya, aku penasaran dengan isi pidato kekalahannya."

Aku tetap diam, bertanya-tanya apakah hanya aku satu-satunya yang untuk sesaat tergoda dengan usul Yoongi. Menembak Ahn Jaehyun dan menyelesaikan masalah ini secepatnya adalah tujuan utamaku dalam operasi ini. Tapi kurasa Daewook masih ragu untuk memutuskan apakah seharusnya buronan negara itu harus ditembak mati.

"Kim Taehyung, Yoo Daewook, Lee Jungwon, dan sembilan puluh sembilan persen Min Yoongi dengan senapan sniper kesayangannya di luar, atau-oh! Mungkinkah Kang Jae In yang sedang mengawasi kita semua dari kamera pengintai?" Ahn Jaehyun melirik ke arah CCTV terdekat dan melambai. "Annyeong, Jae In-ah."

Bulu kudukku meremang, terkejut bagaimana dia bisa tahu nama teman-temanku dan apa saja yang kami lakukan. Tapi bagian yang paling menakutkan dari semua itu, apakah dia juga sudah tahu rencana kami?

"Mengerikan. Dia benar-benar seperti psikopat," ujar Jae In yang mungkin sama merindingnya denganku.

"Wah, lihatlah tempat ini. Kalian berhasil menghancurkannya hanya dengan waktu kurang dari setengah jam." Ahn Jaehyun menggeleng sambil berdecak-decak seolah dia benar-benar kagum. "Maafkan aku, kalian tidak disambut dengan baik. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku yang lain sampai melupakan fakta bahwa aku harus balas dendam pada seseorang." Tatapan pria itu bersarang tepat di mataku.

Aku balas memandangnya tajam. Menahan diri untuk tidak langsung menembakkan peluru ke arahnya.

Dia berjalan ke salah satu meja kayu bekas yang ada di sekitar sana dan duduk di atasnya dengan tangan menyilang di dada. "Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Hyora? Aku sudah lama tidak mendapat laporan tentangnya."

Mendengar nama gadisku disebut, emosiku berhasil terpancing.

"Kau tahu, jika dilihat dari foto-foto yang diambil anak buahku..." Ahn Jaehyun merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana; sebuah foto seorang gadis berseragam SMA yang sedang tersenyum lebar. "Dia ternyata cukup manis."

"Brengsek." Aku tidak sadar kalau kakiku sudah akan melangkah mendekati Ahn Jaehyun ketika sebuah tangan menghentikanku.

Daewook menggeleng, menyadarkanku untuk tidak bertindak gegabah.

Meski aku ingin sekali memberontak, pada akhirnya setengah mati kuredam amarahku.

"Sayang sekali aku belum sempat bertemu dengannya," lanjut Ahn Jaenyun, sepertinya belum puas memancing murkaku.

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang