Taehyung's POV
AKU kembali menguap untuk kesepuluh kalinya dengan mata sayu yang mencoba untuk tertutup. Cahaya layar monitor yang menerpa wajahku seakan menjadi bentuk lain dari kopi yang menahanku tertidur. Sial sekali, di saat seperti ini aku tidak bisa minum kopi sungguhan karena alergiku terhadap kafein.
Kubuka mataku lebar-lebar dan kembali fokus pada sekumpulan angka dan tulisan yang ada di layar komputer. Terkadang aku mengutuk ketika memasukkan kode yang salah dan mengulang kembali pekerjaanku.
"Bertahanlah, sedikit lagi," kataku mencoba menyemangati diri sendiri.
Tuk!
"Ketemu?" Daewook tiba-tiba sudah duduk di sampingku dan menyodorkan sekaleng bir dingin.
Aku menggeleng untuk pertanyaannya. "Kali ini dia lebih berhati-hati. Dia memasang pengaman di komputernya karena tahu aku akan melacaknya dengan e-mail yang dia kirimkan. Cukup sulit untuk meretas sistem keamanaan seperti ini, tapi tidak ada sistem di dunia ini yang tidak bisa kuretas." Aku menegak bir yang diberikan Daewook sambil terus memainkan jariku di atas keyboard.
Daewook mendorong pelan kepalaku menggunakkan telunjuknya. "Dasar cecunguk angkuh ini. Kerjakan saja pekerjaanmu. Jika tidak kubantu, kau juga tidak akan bisa meretas di sini."
Aku meliriknya dengan tatapan meremehkan. "Kau pikir aku tidak punya peralatan seperti ini di rumahku? Aku bisa meretas hampir semua sistem di negara ini hanya dengan memainkan laptop di kamarku."
"Aigoo, tidak sopan sekali. Inilah kenapa Namjoon meninggalkanmu, kau tahu?" ucapnya gemas sambil menunjuk-nunjuk ke arahku.
"Dia sedang menjalankan tugasnya menjadi pasukan perdamaian. Tidak seperti kau," sangkalku sinis dengan mata yang masih fokus pada komputer.
Daewook melayangkan tangannya di udara, berlagak ingin memukulku. Namun kemudian tangannya jatuh di puncak kepalaku dan mengubah gaya bicaranya menjadi mendayu-dayu. "Kim Taehyung yang teramat sangat luar biasa genius. Cepat terobos saja sistem keamanan itu dan cari tahu di mana lokasi mereka, eoh?"
"Kapten Yoo, menjauhlah. Kau membuatku merinding." Aku menyingkirkan tangan Daewook yang sedang mengacak-acak rambutku dan mendorongnya menjauh.
"Ya, Taehyung-ah. Aku ingin bertanya padamu sebagai seorang teman." Daewook kembali beringsut mendekat dan merangkul bahuku. "Jika kuperhatikan lebih jauh tentang masalah ini, sepertinya kau akan melakukan apa saja untuk menjaga gadis itu," katanya dengan wajah yang tiba-tiba menjadi serius. "Do you love her?"
Aku mencintaimu.
Dua kata tersebut seketika memenuhi otakku. Tiba-tiba aku teringat dengan bodohnya mengatakan itu pada Hyora saat menjemputnya beberapa jam yang lalu. Kupikir akal sehatku telah tercecer entah di mana.
Tolong jangan tanyakan apapun. Aku juga bingung pada diriku sendiri. Kata-kata itu meluncur begitu saja tanpa kusadari.
Selama menjalani hidupku, aku tidak pernah mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk mematahkan lengan seseorang sampai aku melihat pria asing itu dengan lancang mengusap tangan Hyora.
Entahlah, aku tidak tahu apa ini karena aku takut pria itu adalah salah satu dari orang suruhan Ahn Jaehyun yang mengincar Hyora, atau karena aku hanya benci melihat pria lain menyentuhnya.
Kemarin malam aku hampir membuat seorang pria masuk rumah sakit setelah melemparkan dua buah kursi ke wajahnya. Emosiku meledak ketika pria sialan itu menatap Hyora dengan pandangan mata yang membuatku ingin menusuk kedua bola matanya dengan sedotan jus mangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stigma
FanfictionKim Taehyung, seorang hacker handal di usianya yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah atas, tidak sengaja menjerumuskan gadis yang menolongnya saat mabuk ke dalam bahaya besar yang mengancam nyawa. Untuk menebus kesalahannya tersebut...