16. Good Day

615 80 19
                                    

CAFÉ Seokjin terasa lebih panas siang itu. Padahal bulan ini masih masuk musim semi di Korea. Hyora tidak tahu pasti penyebabnya. Mungkin karena mereka mematikan air conditioner café atau karena dia merasakan tatapan mata Seokjin pada Taehyung yang terlihat berapi-api.

Sedari tadi Hyora hanya menggerakkan asal kain pel yang dipakainya untuk membersihkan lantai café. Dilihat dari matanya yang terus mengawasi dua pria yang duduk saling berhadapan di dekat jendela sana membuktikan bahwa dia sama sekali tidak bisa fokus pada pekerjaannya.

Beberapa kali kain pelnya terantuk kaki meja pelanggan karena perhatiannya teralihkan. Dia tidak bisa berhenti mencemaskan Taehyung yang malah terlihat sangat santai untuk ukuran orang yang sedang diinterogasi.

Seminggu sudah berlalu sejak Seokjin memberikan Taehyung kesempatan untuk menjadikan dirinya pantas bersama sang adik. Dan siang tadi pria itu menelepon Hyora agar setelah pulang sekolah, dia membawa Taehyung menemuinya.

Hyora gugup sejadi-jadinya. Taehyung bahkan tidak menyiapkan apapun. Dia benar-benar datang ke hadapan Seokjin dengan keadaan sekenanya.

Lima belas menit lebih mereka berbicara. Tidak terjadi sesuatu yang berarti. Hanya tatapan Seokjin yang tidak pernah gagal membuat Taehyung terintimidasi.

Sampai pada saat Hyora menyelesaikan pekerjaannya, mereka belum juga selesai.

Setelah dia menaruh peralatan pelnya di dapur, Hyora segera menghampiri mereka berdua dan mengambil duduk di tengah-tengah. Dia bisa melihat Seokjin memijat pangkal hidungnya frustasi.

Pria itu memberikannya pandangan yang sulit dideskripsikan. "Kau sungguh-sungguh menyukai pria ini?" tunjuknya pada Taehyung.

Hyora ikut memandang Taehyung sebentar. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa benar dia menyukai pria bermarga Kim ini?

"Kurasa tidak." Hyora menggeleng yakin, kembali melihat ke arah Seokjin. "Aku mencintainya."

Seokjin mendengus sinis, sedangkan Hyora saling menukar senyum dengan Taehyung. "Kau serius? Dia baru saja memberitahuku bahwa dia seorang peretas dan sudah berhenti sekolah sejak SMP. Dia bahkan minum-minum di usianya yang bahkan belum genap 20 tahun! Kau pasti bercanda padaku."

Secara cepat, Hyora memukul Seokjin di bahu lebar kebanggaannya. "Jangan begitu! Ucapanmu buruk sekali. Setidaknya jangan katakan itu semua di hadapannya!" kata Hyora setengah marah. "Aku yakin dia belum mengatakan semuanya. Biar aku saja yang melanjutkan." Jari telunjuk Hyora mengarah tepat di depan wajah Taehyung. "Kau diam saja."

Sesuai perintah, Taehyung mengangguk.

Tubuh Hyora berpaling menghadap Seokjin dan menatap pria itu tepat di matanya. Seokjin bersedekap dada menunggu Hyora berbicara. Lantas gadis itu menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan.

"Namanya Kim Taehyung. Dia lahir di musim dingin. Lebih tepatnya di tanggal 30 Desember. Sejak umur lima tahun, dia sudah harus kehilangan orangtuanya dan tinggal di panti asuhan. Tapi sekarang, dia tinggal bersama anjingnya, Yeontan, di rumah yang dia beli dari hasil jerit payahnya sendiri. Meskipun mungkin dia tidak sekolah, Taehyung adalah pria paling genius yang pernah kukenal."

Hyora terus bicara, tidak menaruh perhatian pada perubahan wajah Seokjin. "Kim Taehyung adalah hacker terkeren yang tidak akan pernah kau temui lagi di Korea Selatan. Dia sudah direkrut oleh kantor militer untuk menjadi peretas sistem di usianya yang belum genap 20 tahun. Dia juga sudah berhenti minum-minum untuk membuat dirinya pantas bersamaku. Dan menurutku, dia lebih dari layak untuk itu."

Dari tempatnya duduk, Taehyung memandang Hyora dengan senyum mengembang di wajahnya. Diam-diam mengakui bahwa gadisnya sungguh keren.

Selanjutnya Hyora mengambil tangan Seokjin dan menepuk-nepuknya pelan seperti sedang menenangkan. "Aku tahu kau khawatir padaku. Tapi percayalah, Taehyung adalah pria yang akan melakukan apapun untuk menjagaku tetap berada di situasi terbaik."

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang