4. Save Me

1K 105 15
                                    

Hyora's POV

TEPAT ketika Taehyung membuka matanya kembali, aku melihat ada yang lain di sana. Kedua mata coklat itu hampir menyeramkan untuk dilihat.

Tatapannya... seperti bukan Taehyung. 

Aku tahu aku belum mengenalnya cukup lama untuk tahu bagaimana kepribadiannya yang sebenarnya. Tapi aku cukup yakin Taehyung adalah pria baik yang memiliki pandangan mata teduh menenangkan. Tidak seperti sekarang.

 Tidak seperti sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lakukanlah."

Bulu kudukku meremang mendengar suara beratnya yang tajam.

"Tembak gadis itu. Aku tidak peduli."

Mataku seketika membelalak mendengar Taehyung dengan mudahnya mengatakan itu.

Memang benar, kami baru saja saling mengenal, tapi membiarkanku ditembak oleh seorang yang bahkan tidak ada sangkut pautnya denganku, ditambah dia yang membuatku jadi begini, bukankah itu keterlaluan? Seolah nyawaku bukanlah hal yang berharga dan patut diperjuangkan.

Kulihat Taehyung melangkah maju perlahan, masih dengan tatapan matanya yang membuatku tidak ingin memandangnya terlalu lama.

"Dia bukan siapa-siapaku. Lagipula aku tidak terlalu mengenalnya."

Baiklah, Kim Taehyung sudah sangat kelewatan.

Dia yang melibatkanku dalam masalah ini dan sekarang pria itu merelakan kepalaku untuk dilubangi sebuah revolver dengan senang hati.

"Ini akan semudah mematahkan bilah lidi," si pria pistol berkata.

Oh, yang benar saja. Aku tidak pernah membayangkan akan mati seperti ini.

"Kalau begitu lakukan."

Rasanya aku ingin sekali melakban mulut Kim Taehyung itu karena terus memancing pria pistol menarik pelatuk revolver-nya.

Demi Tuhan, masih ada banyak hal yang ingin kulakukan di masa depan. Aku belum siap menghadapi maut.

Mataku tertutup rapat, berdoa ini semua hanya salah satu dari mimpi buruk yang sering kualami.

"Tunggu apa lagi? Tembak dia."

Pria pistol makin menekan revolver-nya di pelipisku.

Sekarang aku hanya bisa pasrah menunggu sebuah peluru merobek kulitku dan menembus hingga ke tengkorak.

Sreet

Dor!

Bugh!

Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi. Yang jelas saat aku menantikan detik-detik kematian, bunyi tembakan yang tepat di sebelah telingaku membuat indra pendengarku itu berdengung hebat, lalu aku terlempar ke tanah.

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang