Taehyung's POV
JAM menunjukkan pukul 8.52 ketika aku terbangun dengan keadaan yang jauh lebih baik dibanding kemarin.
Handuk putih terjatuh dari keningku saat aku berusaha bangkit. Teringat betapa menggemasakannya wajah khawatir Hyora saat menempelkan benda itu sambil mengomel karena banyak hal yang seharusnya aku lakukan tapi tidak kulakukan.
Tanpa sadar aku sudah tersenyum lebar. Gadis itu selalu berhasil membuat dadaku melonjak.
Aku turun dari ranjang dan keluar untuk mencek keadaan Hyora yang semalam bersikeras tidur di sini agar dia bisa menjagaku. Berkali-kali aku menawarkan mengantarnya pulang, namun gadis itu tidak mendengarkan.
Dia masih tertidur pulas di sofa. Aku menghampirinya dan duduk di lantai bawah, menghadap wajah polosnya saat tertidur. Mulut gadis itu sedikit terbuka, namun entah bagaimana dia terlihat manis seperti itu.
Tanganku bergerak membenarkan selimut di tubuhnya, lalu menyingkirkan rambut yang menutupi pipi gadis itu ke belakang telinga.
Lama aku hanya memandangi wajahnya yang nampak sangat damai. Setiap detiknya malah membuatku semakin jatuh padanya. Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku di saat sedang tidur sekalipun?
Jika ini terus terjadi, aku semakin tidak bisa melepaskannya dari hidupku. Membayangkannya tidak ada di sisiku adalah hal terburuk. Gadis itu membuatku akan melakukan apapun untuk menjaganya tetap berada di dekatku.
Sejauh ini, alasanku untuk tetap hidup setiap harinya, untuk bangun setiap paginya, untuk jantungku yang terus berdetak setiap detiknya, untuk menghembuskan napas setiap tarikannya, adalah karena dia.
Ini mungkin terdengar sangat cheesy dan cringey, tapi aku membutuhkan gadis itu di hidupku.
Suara gonggongan Yeontan menyentakku ke dunia nyata.
Aku melotot padanya dan menempatkan telunjukku di depan bibir.
Alih-alih diam, anjing itu tambah menggonggong nyaring.
Di sebelahku, Hyora bergerak dan tidak lama kemudian membuka matanya.
Aku dengan cepat menaruh daguku di kedua telapak tangan dan tersenyum lebar. "Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?"
Hyora merenggangkan tubuhnya sebentar, kemudian bangkit, duduk bersila menghadapku. "Aku mencoba untuk tidur dengan baik."
Gadis itu beringsut maju ke arahku yang duduk di lantai, lalu tangan kecilnya menyentuh dahiku. "Suhu badanmu sudah turun. Syukurlah."
Aku refleks tersenyum padanya. "Karena ada gadis ini yang merawatku."
Hyora balas tersenyum hingga gigi-giginya terlihat. "Aku memang terbaik, bukan?"
Aku mengangguk saja membenarkan. "Terbaik dari yang paling baik."
Dia terkekeh, menyerahkan tangannya padaku. "Ayo kita sarapan. Kau harus makan yang banyak."
<STIGMA>
"Seharusnya biarkan aku saja yang membayarnya," ujar Hyora dengan raut wajahnya yang kesal. "Aku juga ingin sesekali mentraktirmu."
Tanganku berpindah merangkul bahu Hyora selagi kami berjalan menuju rumahnya. Dia tidak sekolah hari ini, maka dari itu kemarin dia bersikap keras kepala ingin menginap di rumahku.
"Kau sudah pernah mentraktirku. Waktu itu, jus mangga di café-mu."
"Aigoo, itu hanya minuman. Aku ingin mentraktirmu makan. Dasar kau ini, kenapa tingkat kepekaanmu itu rendah sekali, eoh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stigma
Hayran KurguKim Taehyung, seorang hacker handal di usianya yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah atas, tidak sengaja menjerumuskan gadis yang menolongnya saat mabuk ke dalam bahaya besar yang mengancam nyawa. Untuk menebus kesalahannya tersebut...