28. Autumn Leaves

486 59 3
                                    

Hyo Ra's POV

MOBIL Seokjin berhenti perlahan tepat di depan lokasi diadakannya suneung¹. Di sana sudah berkumpul orang-orang yang ingin memberi dukungan pada kami yang akan melaksanakan ujian tes masuk perguruan tinggi hari ini. (¹Ujian masuk perguruan tinggi di Korea yang dilaksanakan satu tahun sekali.)

Spanduk dengan berbagai tulisan pembangkit semangat mereka pegang sambil bersorak pada anak kelas 3 yang lewat. Sebagian besar dari mereka adalah adik-adik kelas penggemar para primadona sekolah—yang pastinya aku tidak termasuk di dalamnya. Jadi aku tidak heran lagi mengapa mereka rela bangun pagi-pagi di cuaca yang sudah mulai mendingin hanya untuk memberi semangat.

"Kau gugup?" Seokjin bertanya dari samping. 

Alih-alih, justru dia yang terlihat lebih gugup dariku.

"Sedikit," jawabku, tersenyum tipis. "Tapi aku bisa mengatasi ini."

Seokjin mengangguk dan mengacak rambutku yang sudah kutata khusus untuk bertemu Taehyung setelah ujian selesai. Tapi aku tidak marah. Entah bagaimana itu adalah cara khasnya untuk menghiburku. "Semua sudah siap? Ada yang tertinggal?"

Aku menggeleng. "Tidak ada."

"Baiklah. Kau sudah makan, bukan? Apa kau meminum vitamin yang diberi ibu tadi? Aku membawanya jika kau lupa. Kau juga harus minum air yang banyak supaya kau bisa terus berkonsentrasi. Jangan terlalu keras dengan dirimu, tinggalkan saja dulu soal-soal yang sulit dan kerjakan yang lebih mudah. Oh, bagaimana dengan—"

"Seokjin oppa," panggilku, sengaja memotong agar dia tidak meneruskan ocehannya. Sebab jika dibiarkan, ini akan menjadi sangat panjang, sedangkan aku sebentar lagi sudah harus berada di ruang ujian. "Aku baik-baik saja."

Seokjin menghembuskan napas berat, berusaha menghilangkan kegelisahan yang seharusnya lebih banyak kurasakan. "Lakukan yang terbaik, eoh? Kau pasti bisa."

Aku melempar senyum selebar-lebarnya dan mengangguk. "Aku tidak akan mengecewakanmu. Atau ibu, atau ayah," kataku yakin.

Seokjin balas tersenyum. Dia merentangkan tangannya luas ke arahku. "Kemarilah."

Menuruti permintaannya, aku beringsut mendekat dan membiarkan pria itu membawaku ke dalam rengkuhan hangat yang masih menjadi favoritku setelah Taehyung. Seokjin selalu memelukku setiap kali aku akan melaksanakan ujian apapun. ini sudah menjadi kebiasaannya sejak lama. Katanya itu akan mentransfer energi positif yang dia punya dan membuatku fokus mengerjakan soal.

Aku selalu terkikik mengingat hal itu. Tapi dia tidak sepenuhnya salah, karena setiap kali dia memelukku, mood-ku berubah menjadi jauh lebih baik, dan itu akan sangat memengaruhi apa yang kulakukan nanti.

"Wah, aku tidak percaya ini. Adik kecilku sekarang sudah tumbuh menjadi dewasa." Tangan Seokjin menepuk-nepuk puncak kepalaku lembut, belum mau melepaskan pelukannya. "Ah, bagaimana ini, Hyora? Aku tidak siap membiarkanmu pergi ke dunia luar sana."

Aku terkekeh geli karena drama kecilnya. "Tenang saja, aku masih menjadi adik perempuanmu yang paling cantik."

Seokjin mendengus, lalu tertawa kecil setelahnya. "Baiklah adik Kim Seokjin yang sangat cantik... Apapun yang akan terjadi selanjutnya, aku akan terus mendukungmu, jadi jangan khawatirkan apapun dan lakukan yang terbaik."

Kuanggukkan kepalaku lagi dengan semangat membara yang baru saja kudapatkan dari energi positif Seokjin. "Aku akan sukses dan membuatmu bangga."

"Ya, aku percaya itu." Perlahan dia merenggangkan pelukan kami lalu mencubit kedua pipiku kencang. "Ayo keluar."

Sesuai perintah, aku membuka pintu dan keluar dari mobil.

Udara musim gugur yang terasa segar dengan bau-bau khas daun menguning menyambutku. Hari ini memang benar-benar waktu yang bagus untuk mengajak otak bekerja sama.

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang