Seokjin's POV
KAKIKU berlari secepat yang aku bisa menuju rumah gadis yang membuatku tidak bisa tidur semalaman karena khawatir. Tidak terhitung lagi berapa kali aku mengutuk diri sendiri karena meninggalkannya sendirian di café semalam.
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi—"
"Aish! Kenapa dia tidak mengangkat teleponku?"
Aku memperlebar langkah dan menambah kecepatan lariku. Mengetahui gadis itu tidak menjawab panggilanku sejak kemarin malam membuatku semakin khawatir.
Tidak membutuhkan waktu lama, aku sudah berada di depan rumahnya dan baru saja memasuki perkarangan saat gadis itu keluar dengan penampilan yang sudah siap untuk pergi ke sekolah dan terlihat baik-baik saja.
"Shin Hyora!"
Dia sedikit tersentak saat aku berteriak memanggilnya.
"Oh? Seokjin oppa? Ada apa pagi-pagi sekali ke sini?" tanyanya sambil berjalan menghampiriku.
"Ada apa kau bilang?! Neo¹ jinjja—" Aku menghentikan perkataanku ketika mengingat Hyora tidak menyukai seseorang berteriak padanya. (¹Kau)
Sembari menarik napas dalam, kusentuh kedua bahunya dan berkata lebih lembut. "Neo gwaenchana¹?" (¹Kau baik-baik saja?)
Masih dengan wajah bingung, Hyora mengangguk pelan. "Ya, aku baik."
Aku bernapas lega dan menarik kedua tanganku dari bahunya.
Sebenarnya aku ingin meminta penjelasan lebih rinci atas kejadian semalam, tapi saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat karena Hyora harus sekolah. Setidaknya melihatnya tidak terluka dan baik-baik saja sudah cukup untukku.
"Kaja¹! Kuantar ke sekolah." Kurangkul bahu Hyora dan menuntun jalan kami. (¹Ayo!)
Sudah lama sekali aku tidak melakukan hal seperti ini dengannya. Harusnya aku lebih memperhatikan gadis yang sudah kuanggap layaknya adikku sendiri ini. Dia pasti merasa kesepian karena akhir-akhir ini aku jarang datang ke rumahnya. Apalagi Hyora tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain aku dan orangtuaku.
Kami bukan saudara kandung, tidak ada hubungan darah di antara kami, namun Hyora adalah bagian dari keluargaku sejak ayah dan ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan.
Aku bertemu dengannya tepat pada saat kecelakaan itu terjadi.
Di malam musim dingin ketika salju turun, aku melihatnya terduduk dengan darah yang mengalir dari pelipisnya, menangis sambil memanggil ayah dan ibunya di samping mobil yang sudah tak terbentuk lagi.
Mulai dari hari itu Hyora menjadi salah satu orang terpenting dalam hidupku dan aku sudah berjanji untuk terus melindunginya. Namun kemarin malam aku baru saja mengingkari janji yang kubuat dengan diriku sendiri.
"Oppa?"
Mataku mengerjap beberapa kali. "Eoh, Ne?"
Hyora menghela napas. "Aku bertanya dari tadi, bagaimana keaadan Sunhee eonni?"
"Ah, dia sudah lebih baik." Tidak enak dengan Hyora yang semalam kutinggalkan karena Sunhee, aku mengalihkan topik pembicaraan. "Sekarang jelaskan padaku apa yang terjadi kemarin malam. Aku mencoba memberitahumu untuk membawa pria mabuk itu ke kantor polisi, tapi panggilannya terputus. Kau bahkan tidak menjawab teleponku lagi dan tidak membalas pesanku. Aku khawatir setengah mati, kau tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stigma
FanfictionKim Taehyung, seorang hacker handal di usianya yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah atas, tidak sengaja menjerumuskan gadis yang menolongnya saat mabuk ke dalam bahaya besar yang mengancam nyawa. Untuk menebus kesalahannya tersebut...