12. Talk

715 80 14
                                    

Hyora's POV

"KAU yakin kau baik-baik saja?"

Aku mengambil duduk di sofa panjang ruang tamu Taehyung dan melipat kakiku ke atas. "Berhentilah khawatir, oppa. Aku sungguh tidak apa-apa."

"Apa kau tadi kehujanan?"

Tetes-tetes air dari rambutku yang basah jatuh ke lantai kayu. Aku sempat bertanya tentang hair dryer pada Taehyung, tapi dia tidak memilikinya. "Tidak, aku ikut berteduh di rumah temanku."

"Rumah Hyegi?"

Aku refleks memukul mulutku sendiri. Kenapa bisa-bisanya aku bilang itu pada Seokjin. Dia tidak akan senang jika tahu aku berada di rumah Taehyung. Dan dia juga akan tahu jika aku berbohong sedang berada di rumah Hyegi.

Kugigit bibir bawahku panik. Aku berusaha keras untuk menjaga suaraku agar terdengar meyakinkan, karena aku payah jika disuruh berbohong. "Bukan. Di rumah temanku yang lain."

"Siapa? Laki-laki atau perempuan?"

Mati sajalah aku.

Bagaimana lagi aku harus menjawabnya? Haruskah aku berbohong?

"P-perempuan. Dia teman sekelasku." Aku merasa sangat bersalah setelah mengatakan itu pada Seokjin. Tapi di sisi lain, aku juga tidak yakin dia akan percaya padaku.

Lama pria itu tidak menjawab dan meninggalkan keheningan di antara kami berdua. Aku tahu dia sedang memutuskan apakah aku berbohong atau tidak.

"Baiklah. Jaga dirimu. Telepon aku jika sudah di rumah."

Aku hampir menjerit mendengarnya. Seokjin tidak menyadari aku berbohong adalah suatu keajaiban dunia yang sangat langka. Selama ini aku tidak pernah lolos dari tes kejujuran yang sering dia berikan secara mendadak. Hari ini mugkin sedang menjadi keberuntunganku.

"Ne, oppa." Aku mengendalikan diriku untuk tidak terlalu terdengar bersemangat.

"Aku akan ke rumahmu setelah pulang dari sini."

Atau mungkin hari sialku.

"Ne?"

"Jadi pastikan kau sudah ada di rumah sebelum jam 10 malam dalam keadaan masih hidup dan bernapas, kau dengar aku?"

Aku terlalu cepat menyimpulkan. Lain kali aku tidak akan berbohong lagi padanya. "G-geuraeyo."

"Aku akan meneleponmu lagi nanti."

Bahuku merosot turun. Mungkin selamanya aku tidak akan bisa berbohong jika orang itu adalah Kim Seokjin. "Ne..."

Tut tut tut

"Apa semuanya baik-baik saja?"

Aku menoleh pada Taehyung yang sedang menggendong Yeontan di dadanya. "Ya, kurasa begitu."

Taehyung mengangguk. Dia menurunkan Yeontan ke lantai lalu menghampiriku duduk di sofa. "Hujannya sudah reda. Kau ingin makan di luar? Di sini tidak ada makanan."

Aku menggeleng. "Aku tidak lapar."

"Shin Hyora, aku berani bertaruh kalau kau melewatkan makan siangmu lagi."

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang