Hyora's POV
LAYAR ponselku yang sudah menunjukkan jam 9.17 seakan memperingatkanku untuk segera pulang. Aku menaruh pulpen yang sedari tadi kugenggam di tengah-tengah notebook-ku dan menutupnya untuk kumasukkan ke dalam tas.
Kulirik Hyegi yang masih fokus pada soal integral di hadapannya. Dua buah kabel earphone terpasang di kedua sisi telinga gadis itu. Aku menggeleng pelan menyadari betapa bisa lupa waktunya Hyegi jika dia sudah berkutat dengan kumpulan soal-soal. Berbeda denganku yang akan menyerah jika tidak mendapatkan hasilnya, Hyegi bisa menghabiskan seharian waktunya hanya untuk menemukan jawaban itu.
Aku terkadang iri dengan ketekunannya. Selama ini aku merasa sudah sangat bekerja keras untuk mempersiapkan ujian. Tapi ketika melihat Hyegi, kurasa kerja kerasku masih kurang. Tidak heran kenapa dia selalu menjadi yang pertama di kelas.
"Hyegi-ya," panggilku sambil menyentuh pundaknya.
Dia yang sedang bergumam sembari menggerakkan kepala mengikuti irama musik, akhirnya melepaskan earphone-nya dan menoleh padaku. "Eoh, wae?"
"Sudah jam 9 lewat. Waktunya pulang," kataku, memasukkan barang-barangku sendiri ke dalam tas dan mengambil jaket. "Kau jadi menginap?"
Hyegi mengangguk, ikut membereskan buku-bukunya. "Tentu. Ayo kita makan dulu di minimarket dekat sini. Aku sudah lama tidak makan ramyeon dengan tteokbokki."
"Hm?" Dahiku otomatis mengerut mendengar perkataan itu darinya. "Sejak kapan kau suka dengan makanan instan? Terakhir kali aku mengajakmu makan ramyeon, kau menolaknya mentah-mentah."
Hyegi lantas menyeringai. "Kau akan selalu memiliki sesuatu yang bisa merubahmu secara tidak terduga."
Aku makin mengernyit bingung. Apa maksudnya itu?
"Kau bicara apa?"
Dia mengibaskan tangannya dan menggeleng-geleng. "Lupakan saja. Kaja! Aku lapar."
<STIGMA>
Aku meletakkan keranjang belanjaanku di kasir setelah orang sebelumnya sudah selesai membayar. Pekerja paruh waktu yang bertugas sebagai penjaga kasir tersebut mulai men-scan makanan yang kubeli untuk makan malamku dengan Hyegi dan menyebutkan totalnya.
Aku mengeluarkan dompetku dan memilih uang yang harus kukeluarkan. Sekilas kembali melirik total harga yang tertera di monitor kecil dan menyadari bahwa uangku tidak mencapai angka yang ada di sana.
Sontak aku panik dan memutar kepalaku untuk memanggil Hyegi yang menunggu di luar minimarket. Antrean di belakangku tidak terlalu panjang, hanya sekitar dua orang yang menunggu, tapi itu tetap membuatku gugup. Ditambah Hyegi yang tidak menjawab panggilanku karena lagi-lagi dia menyumpal earphone di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stigma
FanfictionKim Taehyung, seorang hacker handal di usianya yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah atas, tidak sengaja menjerumuskan gadis yang menolongnya saat mabuk ke dalam bahaya besar yang mengancam nyawa. Untuk menebus kesalahannya tersebut...