13. Don't Leave Me

769 77 10
                                    

Taehyung's POV

AKU takut melihat gadis itu disakiti adalah fakta lama. Namun, aku takut gadis itu menghilang dari kehidupanku adalah fakta yang baru kudapatkan hari ini.

Ingat saat aku meninggalkan Hyora untuk pulang sendirian karena ada pekerjaan yang tidak bisa kutinggalkan?

Aku berakhir tidak bisa berkonsentrasi sama sekali pada pekerjaanku. Merasa gelisah setiap detiknya dan tidak bisa berpikir apa-apa selain keadaan gadis itu. Berlari seperti orang gila pada saat mendengar jeritan ketakutan darinya. Menabrak beberapa orang tanpa meminta maaf, hanya untuk cepat-cepat sampai di tempat dia berada.

Mulai hari itu, aku bersumpah tidak akan meninggalkannya lagi, bahkan jika itu berarti aku harus dipecat dari pekerjaanku.

Mendengar gadis itu bercerita tentang cinta pertamanya membuatku berpikir, bagaimana jika Seokjin akhirnya mengetahui masalah kami? Apakah dia akan menjauhkan Hyora dariku seperti yang dia lakukan pada laki-laki itu, dan memastikan aku tidak akan pernah bertemu lagi dengannya?

Itu adalah kemungkinan terburuk yang tidak bisa kubayangkan jika hal tersebut terjadi.

Saat Hyora bercerita tentang laki-laki itu dan bagaimana mereka tidak pernah bertemu lagi, aku merasa seolah dia juga akan melakukan hal yang sama padaku.

Maka dari itu, ketika aku ingin menciumnya, pikiran akan kehilangan gadis itu terus berkelebat. Tanganku yang menggenggam jemari dinginnya tidak berhenti bergetar.

Selanjutnya Seokjin datang dan memisahkan kami berdua.

Kalimat itu bahkan seolah bermakna lain yang lebih menyakitkan.

"Apa yang coba kau lakukan pada adikku?" Seokjin memegangi tudung hoodie yang kupakai seakan telah menangkap basah seekor kucing yang mencuri ikan.

"Oppa..."

Hyora mencoba menjauhkan Seokjin dariku, tapi tubuh kecilnya tidak akan berhasil melawan kekuatan seorang pria yang 16 cm lebih tinggi darinya.

"Kau diam. Aku ingin mendengar penjelasan langsung darinya," tegas Seokjin pada Hyora. Tangannya beralih mencengkram bagian depan hoodie-ku. "Katakan, apa yang baru saja coba kau lakukan pada adikku? Kau ingin mati?"

"Oppa, jebal¹. Kau hanya salah paham." (¹Kumohon)

Melihat mata Hyora yang mulai berair, aku mencoba menenangkannya lewat tatapanku dan berkata tidak apa-apa dengan gerakan mulut.

"Katakan itu salah paham dan aku akan melepaskanmu." Mata Seokjin berkilat di bawah cahaya bulan, membuat nyaliku nyaris menciut.

"Kau tidak salah paham. Aku memang berniat menciumnya."

Satu detik selanjutnya aku merasakan hantaman keras di rahang kiriku dan pekikan kaget Hyora yang menggema di keheningan malam.

Tubuhku terhuyung ke samping. Tidak ada darah, hanya rasa ngilu yang menjalar di seluruh wajahku. Aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku memang pantas mendapatkan pukulan darinya.

"Sentuh dia sekali lagi, maka kau benar-benar akan habis." Seokjin menarik tangan Hyora dan membawa gadis itu memasuki perkarangan rumah.

"Aku mencintainya!" seruku melawan rasa sakit di bagian sekitar dagu.

Aku nekat, tapi berhasil membuat langkah Seokjin terhenti.

Hyora memandangku dengan matanya yang memerah karena air mata. Ini pertama kalinya aku melihat gadis itu menangis.

Tubuh Seokjin perlahan berputar kembali menghadapku. "Mworago¹?" (¹Apa kau bilang?)

"Aku mencintainya. Sangat." Tulang rahangku serasa ingin patah setiap kali mengeluarkan satu kata. "Izinkan aku memilikinya."

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang