35. Someone Like You

367 34 0
                                    

Taehyung's POV

"LEBIH dekat lagi!"

Hyora menanggapi gertakan itu dengan beringsut mendekat ke arahku sampai tidak ada lagi celah di antara kami yang tersisa, lalu tertawa geli setelahnya. "Kau kekanakan sekali, Kim Taehyung."

Merasa dia masih terlalu jauh, kutarik tangannya yang menggandeng lenganku untuk lebih dekat lagi lalu mengeratkan genggamanku pada jemarinya.

"Ya, kau mau kita sedekat apa lagi?" ujarnya sedikit jengkel. Pasalnya karena jarak kami yang terlalu dekat, dia jadi kesulitan untuk berjalan. "Coba lihat. Di sini atom bahkan tidak bisa lewat."

"Aku tidak peduli. Kau tidak boleh jauh-jauh dariku. Kalau perlu aku akan terus menempel padamu seperti ini supaya tidak ada lagi pria yang mencoba berpikir untuk menjadikanmu kekasih."

Hyora menggeleng-gelengkan kepala. "Kau masih cemburu pada sunbae-ku tadi?"

"Tidak," sanggahku cepat. "Itu bukan cemburu, Shin Hyora. Aku lebih suka menyebutnya melindungi hak kepemilikan. Dan hak milikmu ada padaku, kau mengerti?"

Gadis itu terkekeh. "Jika kau menyederhanakan semua itu menjadi kata cemburu, mungkin aku akan lebih mengerti."

Aku spontan menghentikan langkah dan memalingkan tubuh ke arah Hyora. "Baiklah, kau ingin pengakuan? Aku sangat-sangat marah padamu karena terus membuatku khawatir, sampai rasanya kupikir akan lebih baik jika mengurungmu di rumah saja."

Hyora mendesah kecil, memaklumi sikap infantilku yang bisa muncul di waktu-waktu tertentu. "Kau masih saja seperti itu. Apa yang sebenarnya kau khawatirkan, Kim Taehyung? Kau hanya cemburu pada pria lain, atau kau takut pria yang tidak kau kenal itu adalah suruhan Ahn Jaehyun yang menguntitku?"

Aku mendadak membisu untuk pertanyaan itu. Mencoba memikirkan apa yang lebih condong kurasakan ketika melihat ada pria asing berada di sekitar Hyora. Perasaan takut, atau hanya sekedar perasaan cemburu seorang pria pada gadisnya?

Aku bergumam panjang sebelum menjawab, "Entahlah. Pertama yang terlintas di pikiranku adalah aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu. Tapi setelah tahu situasinya, itu akan berubah menjadi... kau tahu." Bulu kudukku sontak meremang usai mengatakannya.

Bukankah terasa menggelikan ketika aku mencoba mengakui bahwa aku sedang cemburu?

Apalagi melihat Hyora yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi menahan tawanya. Gadis itu malah terlihat menikmati sesi pengungkapan perasaan ini.

"Ya, jangan mengejekku!"

Tiga detik setelah aku berseru, Hyora tertawa lepas sambil menepuk-nepuk bahuku, begitu nyaring sampai menarik perhatian orang-orang yang berjalan di sekeliling kami.

Aku tersenyum canggung pada orang-orang yang lewat, berusaha untuk meredam tawa Hyo Ra dengan menutup mulutnya. "Shin Hyora, aku senang mendengarmu tertawa, tapi jangan biarkan orang lain berpikir kau aneh."

Hyora masih tertawa kecil saat aku menjauhkan tangan dari mulutnya. "Aigoo, kau menggemaskan sekali, Taehyungie," ejek Hyora seraya mengelus lembut rambutku seperti dia sedang memperlakukan anak-anak. "Kau murid TK mana, anak manis?"

Inilah yang menjadi alasan kenapa pria enggan menyatakan kalau mereka cemburu, karena sebagian besar wanita akan meledek mereka tentang itu. Contohnya aku sendiri.

Dengan perasaan kesal aku melepaskan tangan Hyora dan bergerak menjauh. "Terserahlah. Tertawa saja sepuasmu. Kau tidak akan pernah mengerti kecemasanku sebelum kau merasakannya sendiri."

"Ya, Taehyung-ah!" seru Hyora di belakang, segera menyusul langkahku yang meninggalkannya. "Kau marah?"

Aku diam, tidak menghiraukan.

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang