Bagian 4
"you are not real?"— • ° 🍂 ° • —
Hari-hariku di sekolah terasa berbeda karena kehadiran Taehyung. Selama hampir tiga tahun menjadi siswi sekolah menengah, akhirnya aku punya seseorang yang mau menjadi teman sebangkuku. Rasanya sedikit aneh sih, tapi aku suka. Akhirnya aku bisa punya teman bicara saat merasa bosan dengan pelajaran. Akhirnya aku punya teman untuk tertawa. Dan akhirnya aku punya teman untuk makan siang bersama. Akhirnya aku tahu bagaimana rasanya punya teman.
Biasanya aku juga akan pulang bersama Taehyung karena rumah kami bertetangga, tapi kali ini aku harus pulang sendiri karena aku harus piket sebelum pulang. Aku mengemasi barang-barangku lalu bergegas keluar. Aku tidak suka sendirian di sekolah, karena hantu-hantu sekolah tidak sebercanda itu. Aku mempercepat langkahku saat telingaku mulai mendengar suara-suara aneh. Aku tidak mau melihat hantu sekolah lagi. Tidak akan pernah mau. Terakhir kali aku melihatnya saat kelas dua. Saat itu aku sedang sendirian di kelas dan tiba-tiba aku didatangi segerombolan hantu yang meminta bantuan. Ayolah, aku bukan pusat layanan konsumen!
Aku menghela napas lega saat berhasil mencapai halte bus tanpa melihat sesuatu yang aneh. Hah, aku berharap benar-benar bisa menghilangkan kemampuan ini. Sambil menunggu bus yang akan membawaku pulang datang, aku duduk di halte bus sambil memainkan ponselku. Sebenarnya aku tidak punya sesuatu yang menarik di ponselku. Aku hanya berusaha menghindari pandanganku dari orang-orang yang berlalu lalang. Masalahnya, aku tidak suka melihat angka-angka di leher mereka. Angka-angka itu.. mengerikan. Karena kalau aku fokus melihat angka-angka itu, aku bisa melihat bagaimana pemilik angka-angka itu mati. Ironis, kan?
"eonni, sedang memainkan apa?"
Aku terlonjak kaget saat seorang perempuan tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke ponselku.
"apa aku membuatmu terkejut? Maaf" kekehnya.
Aku tersenyum, "tidak masalah"
Tunggu, sepertinya aku mengenal perempuan ini. "kau.. bukannya yang waktu itu? Yang menegurku saat aku melamum"
"kau mengingatku?" dia balas bertanya.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Perempuan itu melebarkan senyumnya dan matanya terlihat berbinar. Dia lalu melirik sekitarnya, "eonni, tidak masalah kalau bicara denganku di depan umum?"
Aku mengerutkan dahi, "maksudnya?"
Perempuan itu meraih tanganku dan menggenggamnya. Tepat setelah itu, sebuah adegan terputar di kepalaku seperti sebuah film. Aku melihat seorang anak perempuan yang menggunakan pakaian ala kerajaan. Dia cantik sekali memakai pakaian bernuansa merah muda itu. Rambutnya ditata sedemikian rupa dan dihias dengan bunga-bunga yang indah. Dia sedang berjalan menyusuri suatu daerah yang terlihat sangat kuno. Anak perempuan itu lalu membuka sebuah pintu kayu besar yang menjadi pembatasnya dengan sebuah halaman luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPIRED
FanfictionAku tidak tahu sejak kapan, tapi aku benci melihat angka. Ah, mungkin kau akan berpikir kalau aku hanya benci matematika seperti kebanyakan siswa. Tapi, tidak. Angka yang ku lihat, jauh lebih mengerikan dari persamaan matematika. Kau mungkin mengang...