Chapter 21

1.1K 147 4
                                    

Bagian 21"when our eyes met"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 21
"when our eyes met"

— • ° 🍂 ° • —

"apa yang terjadi padamu?"

Perempuan bersurai panjang itu terlonjak kaget dan hampir saja berteriak karena seseorang tiba-tiba masuk. Dia menatap nanar orang itu, "kau mengejutkanku!"

Orang itu terkekeh, "oh, ya? Seorang Gawon bisa terkejut?" lalu dia melihat penampilan perempuan itu lagi, "kenapa kau tiba-tiba ingin berpenampilan seperti seorang perempuan?"

"aku memang perempuan"

"aku ini kakakmu, aku tahu bagaimana dirimu. Sejak kapan kau ingin memakai pakaian seperti ini?"

"y-ya tidak ada salahnya, kan?"

Mata orang itu menyipit, "apa kau ingin menemui seorang laki-laki"

"laki-laki apanya?!" sungut perempuan itu, "lebih baik kau tidur saja sana!"

"aigo Park Gawon! Siapa laki-laki itu, hm?"

Perempuan itu memutar bola matanya lalu mendorong laki-laki yang menjadi lawan bicaranya itu, "keluarlah, orabeoni. Tidurlah di kamarmu agar besok pagi aku bisa menghajarmu sesuka hatiku"

"abeoji, eomoni, Gawon menyukai seorang laki-laki!" laki-laki itu berteriak dengan lantang.

"PARK JIMIN!!!!!"

Laki-laki itu berlari masuk ke kamarnya, membuat Gawon menghela napas kasar. Perempuan itu lalu kembali masuk ke ruangannya. Dilihatnya pantulan dirinya di cermin lalu dia terlihat bingung.

"kenapa aku memakai pakaian ini?" gumamnya pada diri sendiri.

Saat ini dia sedang memakai sebuah hanbok abu-abu yang terlihat sederhana tapi cantik. Rambutnya terurai, sebuah hal yang sangat jarang dia lakukan. Biasanya dia akan memakai pakaian seperti laki-laki dan mengikat rambutnya. Tapi entah kenapa malam ini dia menemukan pakaian ini di lemari dan mencoba memakainya.

Perempuan itu menggeleng pelan lalu kembali keluar ruangan. Suasana rumahnya sudah sangat sepi karena sudah malam. Dia tidak merasa mengantuk sama sekali, jadi dia memutuskan untuk menikmati malam di luar. Suhu dingin yang langsung menyambutnya rupaya tidak membuatnya mengurungkan niat. Dia berjalan sedikit menjauh dari rumahnya, menuju sebuah pohon besar yang terdapat sebuah batu didekatnya. Dia duduk disana, dan menatap ke langit yang terlihat kelam.

Dia sangat menikmati ketenangan ini. Kalau ada kesempatan seperti ini, dia selalu memanfaatkannya untuk menikmati ketenangan yang diguhkan alam. Karena sudah dilahirkan dan tumbuh di alam terbuka seperti ini, alam adalah teman terbaiknya—ya walaupun pohon-pohon itu tidak bisa menjawab ucapannya.

EXPIREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang