Bagian 29
"if we die, let's meet at our next life"— • ° 🍂 ° • —
Malam itu terasa sangat sunyi. Jieun menatap ke luar jendelanya. Bintang-bintang menghiasi langit malam dengan indahnya. Senyuman tipis mengembang di wajahnya melihat bintang-bintang itu. Besok adalah hari ulang tahunnya, tapi dia tidak merasa senang sama sekali. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia berharap tidak ada ulang tahun untuknya.
Dia menyeka wajahnya yang entah sejak kapan dibanjiri air mata itu. Pandangannya lalu teralihkan dengan gelang yang melingar di pergelangan tangannya. Perempuan itu menghela napas, "aku merindukanmu, Park Gawon"
Perempuan Kim itu beranjak dari kasurnya. Dia berjalan menuju lemarinya lalu membuka benda itu. Di dalam sana, ada sebuah pakaian bernuansa hitam yang selalu dia gunakan untuk berlatih, dan sebuah tongkat kayu panjang. Dia meraih tongkat itu, air matanya kembali keluar membasahi wajahnya. Dia menggenggam tongkat itu dengan sangat erat, seakan hal itu bisa mengurangi rasa rindunya pada perempuan yang mengajarinya cara menggerakkan benda itu.
"ucapanmu hanya angin lalu, Park Gawon" gumamnya. "katamu, kau berharap kebahagiaan selalu bersamaku? Kalau begitu, kenapa kau tidak ada bersamaku sekarang?"
Jieun tidak bisa menahan ini lagi. Dia membawa tongkat itu bersamanya. Kakinya membawanya keluar bangunan megah yang menjadi tempat tinggalnya itu. Dia tiba di depan sebuah gerbang, lalu mendorongnya. Kakinya kembali melangkah, membawanya menuju seorang laki-laki yang tengah duduk di depan sebuah bangunan kecil dengan tatapan kosongnya.
"orabeoni" panggilnya. Laki-laki itu melihatnya. Dadanya terasa sesak melihat tatapan laki-laki itu. "ambil pedangmu dan lawan aku" sahut Jieun dengan suara gemetarnya.
"kembalilah ke kamarmu, kau harusnya tidur sekarang"
"ambil pedangmu, orabeoni!"
"hey, Kim Jieun. Besok ulang tahunmu. Jangan buang-buang tenagamu dan tidurlah. Akan banyak orang yang datang besok dari kerajaan lain"
"aku tidak peduli dengan itu!" bantah Jieun, "ambil pedangmu, dan lawan aku"
"kau keras kepala sekali" gerutu laki-laki itu. Dia meraih tongkat kayu yang ada di tumpukan kayu disebelahnya lalu bangkit dari duduknya. "apa ini yang kau mau? Kalau begitu lakukan"
Jieun mengeratkan genggamannya pada tongkat kayu itu. Dia mengayunkan benda itu untuk memukul laki-laki dihadapannya, tapi laki-laki itu lebih cepat untuk menangkis serangan itu. Jieun terus menyerangnya berulang kali dengan kuat, tidak peduli kalau dia merasa lelah. Laki-laki itu terus saja menangkis dan menahan serangannya tanpa melakukan banyak gerakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPIRED
FanfictionAku tidak tahu sejak kapan, tapi aku benci melihat angka. Ah, mungkin kau akan berpikir kalau aku hanya benci matematika seperti kebanyakan siswa. Tapi, tidak. Angka yang ku lihat, jauh lebih mengerikan dari persamaan matematika. Kau mungkin mengang...