[5] Angel Of Death

2.1K 211 18
                                    

A/N : maaf banyak saltik. Ichaa khilaf.

---------------------------------------

Ada dua hal yang paling berbahaya di dunia ini, Kebohongan dan
Sandiwara.

----------------------------------

Tamara menatap pantulan dirinya di cermin. Kedua mata hitam berpadu dengan rambut hitam legam miliknya. Beberapa detik, ia segera bergerak menelusuri rumah untuk mencari pelengkap dandanannya.

Gerakannya terhenti saat membuka pintu kamar ayahnya dan menemukan kotak make up yang terbungkus apik dengan pita diatas kasur.

"Dad ingin memberikanku kado ini sepertinya? Makasih banyak." Tamara segera meraih kotak itu dan kembali ke meja riasnya. Mendudukan diri dan membuka kotak itu dengan perlahan.

Tangannya mengacak benda-benda di dalam sana hingga menemukan sebuah lipstik berwarna hitam dan mengenakannya dengan cepat.

Senyumanya mengembang menatap gadis dihadapannya. "Siapa ya namanya?"

"Angel of death," gumamnya.

Tamara melangkahkan kakinya senang. Ia kini kembali mengacak kantung belanjaannya dan meraih satu pisau paling cantik dan efisien. Ia segera menuju dapur. Berhenti sesaat mengambil wortel dari kulkas dan kembali bergegas.

Ia meraih talenan dan memotong wortel itu dengan cekatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia meraih talenan dan memotong wortel itu dengan cekatan. Senyumnya tercetak. "Tajamnya cukup."

Tamara kembali mencari sesuatu yang ia lupa, sepatu. Dengan cepat ia bergerak menuju lemari sepatu miliknya. Matanya segera bergerak cepat melirik sepatu yang ia kira cocok dengan misinya kali ini.

"Ketemu." Matanya tertuju pada satu-satunya sepatu pantofel hitam yang ia miliki.

Tamara tersenyum. Dengan cekatan ia memotong sedikit bagian telapak kaki sepatu itu dengan rapi. Kemudian tangan kirinya meraih satu botol lem sepatu yang dibeli ayahnya untuk memperbaiki semua sepatu yang rusak. Biar lebih irit katanya.

Tamara mengoleskan lem di sana. Memasukan pisau cantik itu kembali ke sarungnya dan menempelkan pisau itu ke telapak sepatunya.

"Berhasil!" Senyumnya mengembang semakin lebar. Tak percaya imajinasinya berhasil ia lakukan. Tiga detik, Tamara langsung mengenakann sepatu pantofel hitam yang telah ia modifikasi itu.

Lagi-lagi ia berlari cepat menuju cermin besar di kamarnya. Menatap dirinya sekali lagi dari atas kebawah. Siap sudah.

Rambut hitam lurus berpadu dengan pupil dengan warna senada, bibirnya tercoreh lipstik hitam tipis. Badan mungilnya terbalut gaun hitam polos selutut, dan terakhir sepatu pantofel hitam sempurna yang memiliki penyimpanan pisau yang tak terlihat.

DeathlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang