Tamara melirik jam. Pukul 11 malam. Hari ini, ia memutuskan untuk tidak mengajak Ely. Karena dia sedang masa pengawasan polisi.
Tamara tidak ingin menimbulkan masalah.
"Angel." Ia segera berganti penampilan lagi. Angel segera keluar dari pintu belakang rumahnya dan berjalan pergi ke pusat kota yang sepi.
Angel bergerak anggun menyisir trotoar jalan raya. Sesekali dengan gesit ia melekukan diri ke belakang pohon saat didapati petugas mendekat padanya.
Petugas itu tidak melihatnya, tentu sana karena Angel memilih rute dengan penerangan minim malam ini. Semenjak tiga pembunuh yang terjadi, petugas kepolisian memperketat patroli malam. Benar-benar menyebalkan.
Sayangnya bukan hanya kepolisian. Jalanan pun lenggang karena sepertinya sudah banyak yang ketakutan dan Angel tidak mungkin pergi ke klub malam lagi. Jejaknya bida terlacak.
Akhirnya ia melipat kedua kaki diatas trotoar jalan. Menatap langit dengan beberapa bintang kecil di sana.
"Aku kangen, Kakak."
Detik itu juga sebuah mobil yang melaju ugal-ugalan melintas dan menabrak trotoar disebrang tempat Angel duduk.
Sosok kakaknya seketika muncul dan menyelesaikan melodi di sana. Angel segera bangkit. Dengan cepat ia menubruk kakaknya penuh rindu.
"Kakaaak!"
Laura menerima pelukan itu dalam diam. Ia tidak memberikan reaksi.
Suara langkah kaki dua orang dengan sepasang senter mendekat. Laura dengan refleks menarik lengan adiknya dan melesat menjauhi lokasi.
"Kau itu memang bodoh ya?" Laura menatap adiknya dari atas ke bawah. "Cukup hentikan dan pergi sekolah."
Bibir Angel mengerucut. "Di sekolah nggak ada, Kakak."
"Memangnya kau tidak punya teman ya?" Laura berkata sarkas.
"Aku 'kan sayangnya sama Kakak! Lagian kenapa menghindar terus sih?!" Angel berjinjit, menyamakan tinggi dengan kakaknya dan mengecup pipinya pelan.
Dingin sekali, batin Angel.
"Aku tidak mau main-main dengan manusia." Laura mengatakan itu dengan dingin dan menghilang.
Angel meremas jari-jari tangannya. "Yah, aku lihat Kakak udah seneng kok."
Kemudian Angel memutuskan untuk pulang ke rumah daripada membunuh orang dengan sia-sia.
Tengah malam, ketika Angel melepas semua penyemarannya dan bersiap tidur di rumahnya, sebuah paket yang datang.
----
"Tam!" Aila melambaikan tangannya dihadapan wajah Tamara.
"Ya?" Tamara menurunkan cangkir kopinya.
Hari ini sekolah mereka diliburkan. Tentu saja Tamara dan Aila memanfaatkannya untuk bersenang-senang. Sekarang mereka berada di sebuah kafe kecil di kota.
Obrolan simpang siur juga sudah selesai beberap menit lalu. Mereka hanya sedang melamun bersama untuk membunuh waktu.
"Mikirin apa?" Kening Aila tampak berkerut samar.
Tamara menggeleng. "Bukan apa-apa kok."
"Bosen ya? Apa kita nonton sekarang aja? Reynand lama banget sumpah." Aila memainkan cangkit kopinya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deathless
Mystery / ThrillerTentang seorang gadis manis yang menyukai kematian karena ia merindukan kakak kesayangannya. BEST RANK #1 Death 23/06/2018 #15 Rindu 24/06/2018