Tamara menghabiskan bacaan tentang sosiologi dasar di tepi halaman belakang sedangkan Elysia sibuk berlatih lempar pisau bersama X. Mereka membunuh waktu bersama seperti itu. Elysia juga beratih menembak dan ia tipe yang cepat belajar karena kemampuan fisiknya oke. Tamara sedikit iri dengan tubuh gagah yang dihina teman-temannya itu.
Elysia itu keren sekali, sayangnya mereka hanya melihatnya sebelahh mata. Tamara menutup bukunya. "Kalian tidak haus? Aku buatkan minuman segar ya!" seru Tamara yang dijawab anggukan keduanya.
Tamara segera bangkit dan beranjak ke dapur. Ia membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa jeruk segar yang dibeli X tadi pagi saat mereka pulang sarapan. Tamara memotongnya menjadi dua bagian dan memerasnya hingga airnya keluar dan menetes ke dalam gelas. Terakhir Tamara membagi air perasan jeruk itu ke dalam tiga gelas dan menambahkan es batu ke dalamnya.
Tamara tersenyum simpul. Ia segera membawanya ke halaman belakang dengan nampan. "Minuman sudah siap! Ayo kalian istirahat!"
X dan Elysia menghentikan latihan mereka dan menuju Tamara. Tamara menyerahkan kepada mereka masing-masing satu gelas air jeruk segar.
"Wuah. Terima kasih Angel. Kau perhatian sekali." X meneguk minumannya cepat.
"Capek El?" tanya Tamara pada rekannya itu.
"Sedikit, Kak." Elysia meneguk minumannya cepat.
"Ayo kita kembali latihan lagi." X merenggangkan tubuhnya sejenak.
Elysia segera menghabiskan minumannya dan bangkit berdiri. "Baik, X."
Mereka memulai latihannya lagi. Sementara Tamara memutuskan untuk beristirahat siang karena membaca teori-teori sosiologi cukup menguras tenaganya. Lagipula karena misi Tamara berhasil semalam, jadi X memberinya libur selama dua hari. Jadi aktivitasnya cukup senggang karena hanya dihabiskan untuk membaca dan memasak sesekali.
Baru saja Tamara menutup pintu kamarnya. Udara dingin yang familiar menyapa tubuhnya, membuat hatinya menghangat lagi. "Kakak!" serunya ketika sosok gadis berjubah hitam itu datang ke kamarnya. "Kenapa Kakak datang ke sini? Kakak merindukan aku?" Tamara mengecilkan suaranya. Dia tidak ingin X dan Elysia tahu.
"X bukanlah orang baik, lebih baik kau hentikan saja semua ini." Laura berbicara dengan nada dingin.
Tamara bergeming kemudian tertawa. "Tidak ada pembunuh yang baik, Kak."
"Aku sudah memperingatkanmu, Mara." Laura membuka tudungnya.
Kedua mata cokelat dan hitam itu saling bertemu pandang dan kedua kakak-beradik itu membeku untuk waktu yang cukup lama.
"Makasih Kak sudah memperingatkan aku." Tamara melebarkan senyum. "Tapi mau bagaimana pun ini jalan yang aku ambil demi bertemu denganmu, Kak Ara Sayang."
"Harusnya kau tidak senang bertemu Kematian, Mara." Laura kembali mengenakan tudungnya.
"Kalau Kematian adalah Kak Ara. Mara akan selalu senang menemuinya." Tamara menubruk Laura kasar, sehingga mereka berdua jatuh berpelukan ke atas ranjang Tamara. "Mara suka waktu-waktu sesaat ini, Kak."
Laura hanya bergeming. Membiarkan adiknya itu memeluknya cukup lama hingga tetidur. Laura mengelus rambut adiknya itu dengan lembut. "Tapi sewaktu-waktu Kak Ara tidak bisa menyelamatkan Mara dari Kematian yang sebenarnya."
Angin dingin kembali berhembus, dan Laura menghilang.
----
Henz melamun di kantor Kaylie. Ia membiarkan benaknya berkecamuk ke sana sini. Melebar ke mana-mana dan hingga tiba di kekosongan yang tak berakhir. Kepercayaan dirinya sia-sia jika tidak ada petunjuk yang bisa ia dapat.
Kaylie masuk ke dalam ruangan. "Henz. Aku mendapat sketsa wajah X dari Fiaz."
"Itu percuma," Vandy angkat bicara. "Pria itu memiliki segudang penyamaran, bahkan ia mampu menyamar menjadi kakek tua, dan bahkan wanita dewasa."
Kaylie tampak murung mendengarnya. "Tapi setidaknya kita menangkap dalang dari kasus ini. Kita berhasil," hibur Kaylie.
"Tidak. Penjahat sesungguhnya bergerak diluar sana. Selama dia di sana, akan banyak kasus seperti ini terjadi." Henz menyenderkan punggungnya, mencoba membuat dirinya rileks.
"Tapi kita belum punya petunjuk saat ini." Kaylie akhirnya ikut murung.
"Satu-satunya langkah adalah memperkuat keamanan kota. Kita akan tangkap siapapun yang gerak-geriknya mencurigakan di malam hari." Vandy menyentuh bahu Kaylie dan tersenyum simpul. "Mari kita bekerja bersama-sama, demi keamanan masyrakat."
Senyum Kaylie melebar lagi. "Baik."
"Kami harus kembali dan melakukan tugas di markas. Tugas kami di sini sudah selesai bukan?" Vandy memutuskan untuk pamit. Lagipula Henz tidak akan bertahan menyamar lebih lama lagi. Benaknya sudah cukup kacau untuk mempertahankan sosok Henz.
"Sudah. Terima kasih bantuannya." Kaylie bangkit dan mengulurkan tangannya pada Vandy.
Vandy menyambut uluran tangan itu. "Sama-sama. Kami pamit." Setelahnya ia merangkul Henz dan beranjak pergi meninggalkan Gradenia. Biarlah kepolisian mereka yang menindaklanjuti kasus ini di kota mereka, dan kepolisian Cariatas juga akan menindaklanjuti kasus ini di kota mereka.
Sebab yang paling penting bagi petugas kepolisian adalah keamanan masyrakat kotanya.
"Rey tadi kau keren sekali. Sejak kapan kau bisa wawancara sedingin itu?" kata Vandy ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Entahlah, aku hanya bergerak sesuai naluri." Henz melepas penyamarannya. "Memangnya keren sekali ya?"
"Mengangkat senjata pada saat wawancara itu bukan metode yang biasa kita pakai." Vandy melanjutkan ocehannya. "Aku sempat takut kau menembaknya tadi."
"Kakak bodoh ya? Nanti aku yang dipenjara menembak orang tidak bersalah." Reynand menertawai kebodohan Vandy.
"Habis kau benar-benar dingin. Padahal buktimu sudah cukup kuat dari awal, kenapa kau teruskan?" Vandy melajukan mobilnya membelah kesibukan kota Gradenia.
"Entahlah. Aku suka saat dia menceploskan kesalahannya jelas dari mulutnya." Reynand memandang memandang jalanan ramai yang berbatsan dengan langit biru dihadapannya.
"Detektif Henz. Kau pasti akan menyelesaikan kasus ini. Kau hanya perlu sabar sampai mendapat celanya." Vandy mempercepat laju kendaraan mereka.
"Mmm. Doakan aku, Kak." Reynand menyandarkan punggungnya, berusaha rileks dan memejamkan mata sesaat sebelum tiba di kotanya.
23/06/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Deathless
Mystery / ThrillerTentang seorang gadis manis yang menyukai kematian karena ia merindukan kakak kesayangannya. BEST RANK #1 Death 23/06/2018 #15 Rindu 24/06/2018