[17] Kematian Tikus Kota

1.2K 135 2
                                    

Menteri Kota pun terbangun. Ia terlonjak kaget dan refleks melompat di atas kasur.

"SIAPA KALIAN? MAU APA?!"

Angel segera mendorong tubuhnya ke atas kasur. Menteri Kota jauh ke samping. Tepat dihadapan Artur. Dengan sigap ia segera bangkit dan memukul dagu Artur.

Artur mundur beberapa langkah.

"Kalian mau membunuhku hah?" geramnya seraya mengepal kedua tangannya.

Angel segera melompat. Ia menerjang tubuh Menteri Kota dan berusaha menghujamkan pisaunya ditubuhnya.

Tubuh mungil Angel dihempas dengan ringan olehnya.

"Kalian mau membunuhku dengan itu? Aku tidak akan mati semudah itu." Menteri Kota itu mendekat ke arah Angel.

Tangan besarnya mencekik leher Angel yang kecil. Angel segera berontak ingin bernapas. Rasanya dadanya sakit sekali, baru kali ini ia mendapat perlawanan.

"Tapi kau akan mati malam ini, Tikus Kota." Angel berkata patah-patah disela-sela napas yang hapir habis ketika matanya menangkap bayangan hitam kakaknya tiba.

Detik itu juga Artur menyuntikan cairan tepat dileher Menteri Kota yang lengah. Tubuhnya jatuh dan menggelepar sesaat sebelum tak sadarkan diri.

Artur menangkap tubuh Angel yang jatuh sempoyong ke tanah. Pandangan Angel memburam karena kekurangan oksigen, tubuhnya juga lemas dan di sana Laura menatapnya sesaat lalu menghilang lagi.

Kapan kakak akan menoleh dan memelukku lagi?

Sirine polisi berkumandang disekitar rumah. Artur dengan sigap mengendong Angel dan melompat keluar dari jendela kemudian berlari ke pepohonan taman kota.

------

"Kakak udah sehat?" Sosok Elysia yang membawakan segelas air mejadi hal yang pertama kali Tamara lihat setelah sadarkan diri.

"Ini dirumahmu?" Tamara bangkit dan meneguk air yang diberikan Elysia.

Waktu menunjukan pukul 5 pagi, matahari akan segera menyingsing dan gawatnya Tamara masih ada di sini.

Tamara segera bergerak turun dari kasur.

"Eeeh, kakak mau ke mana?" Elysia menahan pergerakan Tamara.

"Sekolah. Hari ini masuk lho." Tamara menepis lengan Elysia yang menahananya. "Hanya begitu saja kok."

"Hanya begitu saja apanya?!" Elysia menaikan nada. Tangannya bergerak cepat mengambil cermin kecil diatas nakas.

Kedua mata Tamara menangkap garis merah yang memanjang memutari leher mungilnya. Tangan kanannya refleks mengusap bekas luka itu.

"Kakak masih mau sekolah?" Elysia menghela napas panjang. "Maafkan aku tidak bergerak lehih cepat."

Rasa bersalah memukul Elysia. Bagaimana pun juga dia lah penjaganya Angel. Dialah Artur, sosok laki-laki yang seharusnya bisa Angel andalkan.

"Kamu 'kan tidak salah apa-apa. Jangan minta maaf." Tamara menepis cermin itu dari hadapannya.

Terbesit rasa bersalah di hatinya. Elysia anak baik, dan dia seperti menjerumuskannya dalam kegelapan.

"Aku akan ke sekolah. Kakak di sini saja, kunci rumah ada diatas lemari es." Elysia tersenyum dan berbalik, bersiap berangkat ke sekolah.

DeathlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang