"Melan!"
Airel tak peduli suaranya membelah koridor kampus yang cukup ramai. Ia sudah memutuskan untuk mengejar Melan hari ini. Menanyakan soal kediamannya selama seminggu.
Namun Melan seolah tak peduli. Terus melangkahkan kakinya menjauh. Menjadikan mereka tontonan dadakan.
"Mel... Aww!!"
Bruk!
Langkah Airel terhenti saat tertabrak beberapa mahasiswa yang berlawanan arah dengannya hingga jatuh terduduk. Rasa sakit di bokongnya tak ia pedulikan. Matanya masih terarah pada Melan yang tadi sempat menoleh sesaat padanya.
"Lu nggak apa-apa?"
Sebuah suara membuatnya mengangkat kepala. Matanya membesar mendapati si pemilik suara.
"Perlu bantuan?"
Tanpa menerima uluran tangan lelaki asing itu, Airel bangkit dari duduknya dan mengusap pelan belakang celananya yang kotor.
"Gue nggak apa-apa. Permisi."
Tanpa menunggu jawaban di langkahkan kakinya kembali mengejar Melan yang sudah tak terlihat.
Airel tahu di mana keberadaan Melan sekarang. Tanpa menunda, dilangkahkan kakinya menuju kantin. Dugaannya benar. Gadis itu sedang menikmati jus mangga kesukaannya. Secepat mungkin Airel mendekat dan langsung duduk di depan Melan yang cukup terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
"Kalau lu masih kabur gue bakal teriak maling," ancam Airel membuat Melan yang akan melarikan diri kembali duduk. "Lu kenapa sih?"
Tak ada jawaban. Hanya mata tajamnya yang menatap Airel.
"Gue nggak ngerti kenapa tiba-tiba lu ngejauhin gue. Kalau emang gue ada salah lu ngomong. Seenggaknya jangan bikin gue bingung."
"Lu nggak usah deket-deket gue lagi."
"Lu yang ngedeketin gue, kalau harus bahas ini."
Melan menghela napas kesal. Memang benar, sikap Airel yang terlalu menutup diri membuatnya penasaran. Setiap hari Melan mendekatkan diri pada Airel. Mengikuti ke manapun Airel pergi, mengajaknya berbicara bahkan sampai menawarkan lowongan kerja yang dia dapat dari temannya.
Pendekatannya berhasil. Ternyata Airel yang pendiam itu menerima tawarannya dan mulai berani membuka diri. Membuat rasa penasarannya menang walau kadang merasa Airel masih tak sepenuhnya membuka diri.
"Mel?"
Panggilan Airel membuat Melan memalingkan pandangan.
"Gue emang deketin lu. Karena gue penasaran dengan kepribadian lu yang tertutup. Tapi itu dulu. Sekarang gue udah tahu semuanya. Bener kata Naya. Lu gadis baik-baik, beda ama gue yang.... Aw!!"
Ucapan Melan berakhir saat Airel menjitak keningnya cukup kuat.
"Anjir! Apaan sih lu?!" Omel Melan seraya mengusap keningnya.
"Lu belum tau semuanya tentang gue. Lu nggak penasaran, kenapa Vano bisa....."
Airel sengaja menahan ucapannya. Sebelah alisnya terangkat. Begitu juga dengan bibirnya.
"Cih!"
Sungguh mudah membuat Melan goyah. Lihat saja, sekarang gadis itu hanya memainkan manik matanya tak tentu arah. Keningnya berkerut menandakan dia sedang menahan kesalnya.
"Tadinya gue mau cerita itu sih, tapi kalau lu masih marah ya udah lanjutin aja marahnya," sengaja Airel memancing rasa penasaran gadis itu lagi. Airel sudah bersiap pergi saat Melan menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airel (Proses Revisi)
Любовные романыSebagian bab dihapus untuk revisi. "Anjing!" Makian terdengar bersamaan dengan menjauhnya tubuh Airel dari korban keberingasan lelaki itu. "Mau jadi jagoan lu?!" "Dia bisa mati!" "Gue emang mau bunuh dia!!" Seringan kapas, tubuh Airel dibuat ter...