Airel || 24

1.2K 170 0
                                    

Melihat Rival fokus pada kemudi membuat Airel gigit bibir. Walau bukan pertama kali, tetap saja Airel canggung. Rasanya ingin cepat-cepat sampai ke tujuan yang dia sendiri tak tahu ke mana.

"Ehem."

Airel mencoba memecah kesunyian. Namun sepertinya tak mampu mengalihkan perhatian Rival.

"Gue nggak jadi putus."

Setelah cukup lama berdiam, Airel kembali bersuara. Rival tetap memandang lurus pada jalan. Hanya bola matanya yang sempat bergerak, itu pun tak lebih dari lima detik. Tak ingin menyerah, Airel terus bersuara. Mendadak Rival mengarahkan mobilnya ke pinggir jalan hingga akhirnya terhenti.

"Kenapa?"

"Itu yang mau gue tanya. Kenapa lu nyuruh Melan untuk jadi orang itu?"

"Gue nggak pernah nyuruh dia," jawab Airel jelas mengerti topik yang dipilih Rival.

"Dari mana Melan tau gue lagi nyari orang?"

"Lu udah pernah tanya itu dan jawaban gue tetap sama."

Rival memijat pelan pelipisnya, mengalihkan pandangannya ke jalan sebelum menghadap Airel.

"Maksud lu, dia sengaja pura-pura...."

"Dia cuma mau dekat sama lu," potong Airel.

"Tapi caranya salah, Rel."

"Gue juga udah bilang sama dia."

"Kenapa lu nggak langsung kasih tau gue? Kenapa gue harus dengar dari orang lain?"

"Kalau gue kasih tau, apa lu bakal kasih Melan kesempatan? Nggak kan?"

Rival menyandarkan tubuhnya pada jok mobil. Helaan napasnya terasa berat.

"Kasih dia kesempatan, Val," bujuk Airel.

"Setelah dia bohongin gue?" Rival menggelengkan pelan, menatap Airel. "Gue nggak sebaik itu."

Airel menggigit sudut bibirnya. Dirinya bisa mengerti, tak akan mudah bagi Rival untuk memandang Melan dengan cara yang sama setelah kebohongannya terbongkar. Bahkan Airel tak yakin bisa setenang Rival bila dirinya yang mengalami hal itu.

"Gue antar lu pulang," ujar Rival kembali melajukan mobilnya.

"Ke kafe aja. Gue udah banyak bolos, nggak enak sama Mbak Berta," tawar Airel diakhiri dengan cengirannya.

Sekilas Rival hanya menoleh dan mendengkus pelan.

"Tolong kasih Melan kesempatan. Paling nggak sampai lu ketemu sama orang yang lu cari," pinta Airel setelah turun dari mobil, di depan kafe.

"Sorry, gue nggak bisa."

Airel mengangguk pasrah. Setidaknya dia sudah berusaha meyakinkan Rival. Sejenak Airel tetap di tempat, melihat mobil Rival menyatu dengan pengguna jalan lainnya.

"Lu nggak akan ketemu dengan orang yang lu cari, Val. Karena gue nggak akan pernah nunjukin diri," bisik Airel sebelum melangkahkan kaki.

 
°AIREL °

 
Rival menghembuskan napasnya kuat. Pasokan udara seperti menipis di sekitarnya. Dering ponsel di dashboard membuat fokusnya terpecah.

Vano calling.

"Cewek gue mana?"

Rival memutar mata, malas. "Udah gue anter ke kafe."

"Sip. Sering-sering ajak cewek gue jalan ya."

Airel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang