Airel || 23

1.2K 172 1
                                    

Airel sudah mempersiapkan diri untuk menerima kemarahan Melan. Hampir semalaman hati dan pikirannya tak tenang. Rasa bersalah saat mengingat wajah Melan terus membuat dadanya sesak. Beberapa luka gores baru kini menghiasi lengan, hasil usahanya melampiaskan emosi. Untung saja Rival tak menolak saat Airel memintanya untuk pergi.

Secarik senyum menghiasi wajah Airel saat menangkap sosok Melan tengah menikmati makan siangnya di salah satu sudut kantin. Tanpa menunggu, Airel mendekatinya.

"Mel?"

Melan menoleh, begitupun beberapa mahasiswi yang ikut mengisi meja panjang itu.

"Eh, lu yang ketahuan jalan bareng Rival kan?" tanya seorang diantara mahasiswi yang tak dikenal Airel.

"Masih berani lu tunjukin muka?"

"Nggak tau malu banget ya."

Airel tak peduli semua ucapan yang ditujukan padanya, juga setiap mata yang menatapnya dengan berbagai artian. Matanya hanya tertuju pada Melan yang hanya menunduk dan mengaduk-aduk isi mangkok tanpa semangat.

"Mel," panggil Airel lagi.

Melan membanting sendok di tangannya, membuat keheningan menyelimuti meja itu. Seakan tak terlihat, Melan melewati Airel begitu saja. Mau tak mau Airel menyusulnya.

"Mel...."

Sepertinya Melan sengaja menuntun Airel menuju sisi lain kampus yang tak begitu ramai. Langkahnya terhenti begitu sampai di sudut bangunan yang hanya berisikan barang-barang yang tak lagi terpakai.

"Gue nggak punya banyak waktu," ujar Melan tegas.

"Lu salah paham. Gue nggak ada hubungan apapun sama Rival, kecuali teman."

"Lu kira gue bakal percaya omongan lu?"

"Mel...."

"Beberapa tahun lalu gue pernah dikhianati sama sahabat gue sendiri. Sekarang, gue dikhianati lagi karena masalah yang sama bahkan alasannya juga sama."

"Mel...."

"Kenapa lu nggak ngaku aja sih?"

"Mel...."

"Gue tau gue salah. Harusnya dari awal gue nggak perlu ngaku-ngaku jadi penolong dia, nggak masuk di tengah kalian. Tapi paling nggak lu hargai perasaan gue. Bukan malah nusuk gue dari belakang."

"Gue nggak nusuk lu. Rival ngehibur gue karena...."

Brukk!!

Airel dan Melan menoleh pada salah satu sudut ruangan. Mata keduanya membesar melihat Juna keluar dari tumpukan matras bekas.

"Lu berdua bisa diam nggak sih? Berisik banget!" ketus Juna seraya meregangkan otot-ototnya.

"Ngapain lu di situ?! Ngupingin gue?!" sewot Melan.

Juna hanya memandang Airel dan Melan bergantian.

"Awas ya lu!" ancam Melan pada Juna sebelum berlalu.

Airel yang hendak menyusul Melan tertahan oleh ucapan Juna.

"Gue nggak peduli lu jalan ama siapa. Pesan gue cuma satu, jangan bikin persahabatan gue hancur."

Airel mengikuti kepergian Juna dengan matanya, lalu beralih pada beberapa lembar foto yang sempat Juna serahkan sebelum melangkah pergi.

°AIREL°


Widya tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dirinya yakin, setelah mengungkap kebenaran, usahanya untuk mendapatkan hati Rival makin terbuka lebar.

Airel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang