Masih dengan kening berkerut Rival meninggalkan rumah Vano. Untuk pertama kali dirinya merasa tak betah berlama-lama berada di sana. Bahkan Rival beberapa kali menghela napas panjang, demi menghilangkan sesak dalam dadanya.
"Kamu nggak apa-apa kan?"
Rival menoleh cukup lama pada Melan yang duduk di sampingnya. Tanpa suara, dia hanya mengangguk-angguk pelan sebagai jawaban. Kembali dialihkan pandangannya ke arah jalan.
"Menurut kamu, omongan Vano tadi jujur atau nggak?"
Rival mengendikkan bahu. "Bukan urusan saya."
"Iya juga sih," Melan menganggukkan kepala, menyetujui alasan Rival. "Oh iya...."
Ucapan Melan tertahan saat ponsel Rival berbunyi. Tanpa menghentikan laju mobilnya, Rival merogoh saku.
Vano Calling
Agak malas Rival menggeser tanda hijau di layarnya.
"Apa?!"
"Pesan taksi buat cewek gue," suara Vano terdengar di ujung sana.
"Kenapa nggak lu aja sih?" tanya Rival malas.
"Buruan, udah ditunggu di depan rumah. Byee!"
Ingin rasanya Rival menghempas ponselnya. Apalagi dia masih sempat mendengar kekehan Vano sebelum memutuskan panggilan. Sudah bisa dipastikan sahabatnya itu sangat menikmati saat ini. Sekali lagi Rival menghela napas panjang, lebih keras.
"Kenapa?"
"Hah?? Eh... Nggak apa-apa," jawab Rival seraya memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
"Kita nonton yuk, aku udah beli tiketnya lho," ajak Melan seraya mengipaskan dua lembar tiket bioskop miliknya.
"Harus banget sekarang?"
"Aku sih maunya dari kemarin, tapi kayaknya kamu lagi sibuk banget. Terus semalem aku iseng pesan tiket online gitu, eh ternyata kebagian. Tapi...."
"Jam berapa filmnya?"
"Jam enam."
Rival melihat arlojinya, masih banyak waktu sebelum pemutaran film.
"Sekalian temenin aku beli kado ya. Besok keponakan aku ultah, aku nggak tau apa yang cocok buat anak cowok."
Eh??
Rival menoleh cepat pada Melan yang tersenyum penuh harap. Tak tega rasanya menolak permintaan gadis itu. Pasrah, Rival menganggukan kepala memberi jawaban. Biar taksi saja yang menjemput gadis itu, seperti permintaan sahabatnya.
°AIREL°
Berkali-kali Airel menoleh pada pos satpam di balik pagar tinggi rumah Vano. Sepi. Sepertinya tak ada orang di sana.Jemputan yang dijanjikan Vano belum juga datang. Padahal sudah dua jam lebih dia berdiri di depan rumah lelaki itu. Rasanya menyesal menolak kebaikan satpam rumah besar itu untuk memesankan taksi tadi. Kini, hanya ada dirinya yang duduk di sana, di bagian paling sudut pagar rumah.
Airel menimbang ponsel yang dari tadi digenggamnya. Sepertinya sudah cukup dia memberi Vano waktu untuk tidur. Perlahan Airel bangkit dari duduk dan kembali mendekati pos satpam yang masih kosong.
Tanpa menunda, Airel menghubungi Vano"Lu ngerjain gue atau gimana?!!" Semprot Airel begitu panggilannya terjawab. "Udah dua jam gue...."
"Tunggu di sana."
Tut.. Tut... Tut....
Setengah tak percaya, Airel memandang layar ponselnya yang kini gelap. Ingin rasanya dia berteriak menyuruh lelaki itu keluar dari zonanya. Namun segera diurungkan niatnya, Bisa-bisanya dirinya jadi tontonan gratis tetangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airel (Proses Revisi)
RomanceSebagian bab dihapus untuk revisi. "Anjing!" Makian terdengar bersamaan dengan menjauhnya tubuh Airel dari korban keberingasan lelaki itu. "Mau jadi jagoan lu?!" "Dia bisa mati!" "Gue emang mau bunuh dia!!" Seringan kapas, tubuh Airel dibuat ter...