Airel || 9

1.4K 191 1
                                    

  "Gue suka ama Rival."
 
  Airel terbatuk. Rasa dingin yang mengaliri tenggorokannya menjadi sedikit panas dan perih. Matanya menatap tak percaya pada Melan yang kini tersenyum malu-malu.

  "Serius lu?" tanya Airel parau.

  Melan mengangguk.

  "Sejak kapan?"

  "Kelas X."

  Airel mengangguk. Kini ia mengerti mengapa Melan kadang bersikap aneh tiap kali bertemu atau membicarakan Rival. Tak hanya itu, wajah dan matanya pun berbinar. Tadinya Airel pikir itu efek dari sinar matahari, ternyata...

  "Lu beneran kan nggak ada hubungan apa-apa ama Rival?" tanya Melan meyakinkan.

  "Iya, Melan. Gue nggak ada hubungan apa-apa ama gebetan lu itu."

  Sengaja Airel menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya. Tanpa disangka, Melan berhambur memeluknya, membuat sebagian isi kantin menoleh pada mereka.

  "Lagi senang banget nih kayaknya."

  Seketika Melan melepaskan pelukannya. Menoleh pada Vano yang mengambil posisi duduk di dekat Airel. Sementara Rival dan Juna memilih meja lain yang masih kosong.

  "Hai Rel," sapa Vano sekali lagi. Lalu tersenyum pada Melan.

  "Hai."

  "Gue ganggu?"

  "Nggak kok."

  Airel menghela napas kesal. Keberadaan Vano memang tak mengganggu Melan, tapi mengganggunya. Ingin rasanya Airel pergi dari sana, tapi lirikan mata Melan menahannya.

  "Jalan yuk," ajak Vano membuat Airel mengalihkan sejenak perhatiannya dari novel.

  "Gue sibuk."

  "Sayang banget. Padahal gue mau ngajak nonton."

  Airel tersenyum tipis lalu kembali mencoba fokus pada novelnya sebelum suara Melan membuatnya tersentak.

  "Lu kan hari ini nggak ngapa-ngapain Rel. Kerja libur, kuliah juga udah selesai. Nggak apa-apa kali kalau lu jalan bentar. Refresing otak gitu."

  Ingin rasanya Airel menginjak kaki Melan atau bahkan menendang sahabatnya itu sampai ke Pluto sekalian. Bahkan tanpa rasa bersalah, Melan terus menyantap mie ayamnya yang tinggal setengah.

  "Kalau lu nggak nyaman pergi berdua, temen lu boleh ikut kok."

  "Nanti gue malah jadi obat nyamuk," jawab Melan, lagi-lagi membuat Airel mendengkus pelan.

  "Gue juga ajak temen lah."

  "Rival?"

  "Juna."

  "Oke."

  Airel membulatkan matanya. Benar-benar ingin menelan Melan dalam sekali suap. Yang ditatap hanya senyum-senyum tak jelas sambil memainkan alisnya.

  "Jadi, mau gue jemput jam berapa?"

  "Ketemuan di bioskop aja."

  "Oke. Gue tunggu ya. Bye."

  Melan melambaikan tangan singkat begitu Vano berlalu. Memperhatikan lelaki itu hingga bergabung dengan teman-temannya di meja lain. Pandangannya teralihkan saat Airel menendang kakinya cukup keras.

  "Aw.. Sakit Airel!"

  "Bodo!" desis Airel kesal.

  "Kenapa sih lu?"

Airel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang