Airel || 12

1.4K 187 1
                                    

  Airel baru saja selesai merangkai tiap kata yang terbesit di otaknya ke dalam selembar kertas yang akan diserahkan pada Vano nanti, saat Melan menggebrak meja kantin yang dipakai untuk menjadi alasnya menulis.

  "Gitu ya lu, giliran udah jadian main kabur aja!" sungut Melan kesal.

  Sesantai mungkin Airel menyelipkan kertas berharganya di tengah salah satu buku, sebelum memasukkan buku itu ke dalam tas. Tak boleh ada seorangpun yang tahu mengenai perjanjian dirinya dan Vano. Tidak juga Melan.

  "Apaan sih lu, berisik tau nggak!" kilah Airel sebelum meneguk air mineralnya.

  "Lu tuh kemana aja kemarin? Sok-sok ngilang segala! Pacar lu tuh ngerusuhin gue terus!"

  "Terus?" tanya Airel berlagak santai, padahal terganggu dengan setiap mata yang terarah padanya.

  "Ya gue bilang aja kalau lu kerja di kafe."

  Airel berdecak pelan. Pantas saja kemarin Vano mendadak muncul di kafe. Tadinya ia berpikir bahwa Rival yang sengaja mengajak kawan-kawannya, mengingat sikap lelaki itu teramat santai. Ternyata...

  "Asal lu tau ya, sekarang nama lu udah tersebar di kampus. Gue yakin sebentar lagi lu bakal dikelilingi fans dan haters. Siapin diri lu buat itu."

  Airel mendengus kasar mendengar ucapan Melan. Sebegitu besarkah pengaruh seorang Vano di kampus ini??

  "Terlalu banyak nonton drama lu," kilah Airel.

  "Lihat aja nanti. Pokoknya lu nggak bakal nyesel deh jadi pacar anak pemegang saham terbesar di kampus kita."

  "Maksud lu?" tanya Airel tak mengerti.

  "Jangan bilang lu nggak tahu kalau kampus ini punya keluarga besar Brahmantyo?"

  "Gue tahu, tapi...."

  "Vano Putra Brahmantyo. Masih kurang jelas?"

  Airel berdecak kesal. Pantas saja apapun berita lelaki itu jadi sorotan. Aish!!!

  "Sori ganggu. Gue mau ngomong sama temen lu. Boleh?"

  Pandangan Airel mengarah pada Rival yang baru tiba di dekat mereka. Matanya beralih sesaat pada Melan yang menggigit bibirnya sambil tersenyum tipis.

  "Silakan," jawab Airel akhirnya.

  Senyum Airel berkembang mengekori kepergian Melan yang berjalan di belakang Rival. Walau gadis itu seperti marah pada keputusannya, tapi Airel yakin dalam hati Melan pasti bersorak senang. Tunggu saja nanti, saat Melan kembali dengan ceritanya.

  "Hai, pacar gue!"

  Airel cukup terkejut mendengar sapaan Vano sebelum mendengkus kesal. Mata-mata yang dari tadi hanya sekedar melirik, kini menatapnya penasaran.

  "Kok sendirian? Nungguin gue ya?" tanya Vano lagi seraya mengambil posisi duduk di depannya.

  Airel hanya memutar matanya jenuh. Tanpa mengulur waktu ia mengeluarkan kertas yang tadi sempat ia selipkan di bukunya, lalu menyodorkan kertas itu pada Vano.

  "Apa nih?"

  "Baca aja," jawab Airel tegas. "Dalam hati," tambahnya mengingatkan.

  Vano mengambil kertas yang diserahkan Airel. Membacanya tanpa suara.

 

☆ Surat Perjanjian ☆

 
  1. Pacaran hanya status saat berada di area kampus. Di luar kampus status pacaran tidak berlaku.

Airel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang