Sepertinya Melan sangat berniat untuk menghadiri pesta yang di selenggarakan Naya. Pasalnya gadis itu sampai membawakan baju ganti untuk Airel. Tak tanggung-tanggung, ia pun membawakan Airel seperangkat peralatan rias miliknya. Bahkan tanpa sepengetahuan Airel, Melan sudah lebih dulu memintakan izin kepada Mbak Berta, owner cafe tempat Airel bekerja. Sayangnya Airel bersikeras untuk tetap bekerja sebelum menghadiri acara itu.
"Gue pake ini? Yang bener aja," protes Airel saat Melan memperlihatkan dress pendek yang dibawanya.
"Lu mau pake gamis? Kita mau clubbing bukan pengajian, Airel Anastasya Bagas...."
Dengan cepat Airel meraih dress itu sebelum Melan selesai menyebutkan nama lengkapnya. Masih dengan tatapan kesal, Airel menuju salah satu bilik kecil untuk bersalin.
Ruangan khusus pegawai cafe sesaat di sulap Melan menjadi salon dadakan. Untung saja Mbak Berta tak keberatan dengan tindakan itu. Bahkan tadinya ia dengan sukarela menawarkan ruangan kerjanya yang dipakai, tapi Melan menolak.
"See? Nggak begitu pendek kan?" Tanya Melan begitu Airel kembali.
Memang benar. Dress yang Airel pakai masih termasuk sopan. Panjangnya sebatas lutut, sama seperti yang dipakai Melan. Belahan dadanya juga tak begitu rendah, walau bagian bahunya cukup terbuka. Meski lengannya tertutup, tetap saja Airel merasa risih menyadari kakinya terekspos begitu saja. Kalau bukan karena paksaan Melan, ia tak akan mau mendatangi Orion lagi. Ia masih mengingat dengan jelas akibat kenekatannya mendatangi club itu. Semoga saja ia tak mengulangi kebodohannya malam ini.
"Gue pake celana panjang aja deh."
"Please, Rel. Sekali-kali penampilan lu harus berubah. Emang lu mau dibilang nerd?"
Airel berdecak kesal. Melan mengajaknya duduk di sebuah kursi dan mulai membuka peralatan riasnya.
"Gue aja," tolak Airel sebelum Melan mulai merias wajahnya.
"Emang lu bisa?"
Airel tak menanggapi ejekan Melan. Ia mulai mengenakan foundation ke wajahnya sebelum mengenakan bedak. Selanjutnya ia mengenakan eye shadow berwarna coklat muda yang dipadu dengan warna peach, sesuai warna dressnya. Tak lupa ia mengenakan eye liner dan mascara. Terakhir ia memoleskan blush on di tulang pipinya, tipis, sebelum mengenakan lipstik sebagai penutup.
"See? I can do it," Airel mengerucutkan bibirnya ke arah Melan.
"Bibir lu kurang merah tuh."
"Kalau merah-merah nanti gue kayak tante-tante."
"Ck!"
Airel sengaja hanya mengikat rambut panjangnya secara sembarang. Ia juga menyisakan beberapa helai anak rambut di bagian sisi wajahnya. Melan membantu dengan sedikit menyemprotkan hair spray agar bentuk rambutnya tak berubah.
Airel bangkit dari duduknya. Membiarkan Melan merapikan alat rias sementara ia mengenakan high heels yang juga telah disiapkan gadis itu.
"Harus banget ya kayak gini? Gue nggak pede nih."
"Ck, sekali-sekali juga. Udah buruan. Udah jam berapa nih!"
Airel mengikuti langkah Melan keluar dari ruang karyawan. Matanya sedikit membesar melihat Aisyah dan Mbak Berta masih duduk di meja kasir padahal sudah cukup lama cafe tutup.
"Cantik amat lu, Rel," puji Aisyah.
"Coba aja tiap hari kayak gini, pasti makin ramai deh cafe saya."Airel meringis mendengar ucapan Aisyah dan Mbak Berta.
![](https://img.wattpad.com/cover/134335709-144-k178901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Airel (Proses Revisi)
RomanceSebagian bab dihapus untuk revisi. "Anjing!" Makian terdengar bersamaan dengan menjauhnya tubuh Airel dari korban keberingasan lelaki itu. "Mau jadi jagoan lu?!" "Dia bisa mati!" "Gue emang mau bunuh dia!!" Seringan kapas, tubuh Airel dibuat ter...