Naya melangkahkan kakinya cepat. Napasnya agak tersengal menahan isak dan airmata yang terus mendesak untuk keluar.
"Dia tuh istimewa. Dia punya magnet tersendiri, bikin gue nggak bisa berpaling. Terlalu sempurna, bikin gue pengen berubah jadi lebih baik buat dia."
Ucapan Vano terus terdengar di telinga Naya. Harusnya dia bahagia. Bukankah ini yang dia inginkan? Membuat lelaki itu menjauh dan tak mengganggunya lagi?
Lalu mengapa sekarang Naya merasa dadanya sesak? Mengapa dia merasa tak rela?
Pertahanannya bocor. Berkali-kali jemarinya mengusap airmata yang terus mengalir. Bahkan Naya harus menutup mulut dengan sebelah tangan agar isaknya tak terdengar.
Pandangan matanya mengabur, kakinya mulai berlari. Tak lagi dipedulikan pandangan heran dari setiap orang yang melihatnya.
Terburu-buru Naya merogoh saku tasnya, mengambil kunci mobil lalu mencoba membuka pintu mobilnya yang entah mengapa kali ini terasa sangat sulit. Hingga sebuah tangan berhasil merebut kunci itu sebelum dia berhasil merusaknya. Saat itulah isak yang sedari tadi ditahan akhirnya tumpah begitu saja.
"Help me, Rel...."
°AIREL °
"Pokoknya dia harus nemenin gue hari ini!"
Airel mencebikkan bibir menahan senyum. Dari tadi Melan tak henti bercerita tentang Rival yang meninggalkannya begitu saja di mall kemarin. Membuatnya terpaksa harus menikmati film romantis seorang diri dan pulang naik taksi.
Tak tanggung-tanggung, Melan sudah menyusun rencana untuk hari ini. Anggap saja sebagai kencan pertama mereka yang selalu gagal.
"Eh, gimana kalau hari ini kita double date?"
"Hah?"
"Double date. Gue ama Rival, lu ama Vano. Seru deh kayaknya,"
"Eh??"
"Ayolah, Rel. Udah lama juga kan kita nggak jalan bareng. Siapa tahu kalau Vano ngikut, Rival jadi lebih santai."
"Tapi...."
"Ayolah, Rel. Temenin gue, please."
Airel menghela napas pelan, Melan dan keinginannya yang tak terbantahkan. Belum sempat Airel menjawab, matanya menangkap sosok Naya yang setengah berlari sambil menutup wajah.
"Itu Naya kan?" tanyanya meyakinkan.
Sekilas Melan mengikuti arah telunjuk Airel.
"Terus?" tanya Melan tak berminat.
"Kok dia kayak lagi sedih gitu ya?"
"Ck, dasar drama queen," desis Melan, memutar manik matanya malas.
Sekilas Airel menoleh pada Melan yang jelas tak suka pada bahan obrolan mereka kali ini. Airel jadi penasaran, separah apa perubahan yang dialami keduanya hingga Melan tak bisa menerimanya.
"Pokoknya kita double date hari ini," Melan kembali pada topik utama mereka.
"Lain kali aja deh, Mel. Kemarin gue udah nggak kerja, masa hari ini gue bolos lagi? Nggak enak gue ama Mbak Berta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Airel (Proses Revisi)
RomanceSebagian bab dihapus untuk revisi. "Anjing!" Makian terdengar bersamaan dengan menjauhnya tubuh Airel dari korban keberingasan lelaki itu. "Mau jadi jagoan lu?!" "Dia bisa mati!" "Gue emang mau bunuh dia!!" Seringan kapas, tubuh Airel dibuat ter...