"Lu ngerjain gue atau gimana?! Udah dua jam gue...."
"Tunggu di sana!"
Rival semakin cepat melangkahkan kakinya menyusuri mall. Bahkan beberapa kali dia tak sengaja menabrak pengunjung yang berpapasan dengannya.
Getaran ponsel lagi-lagi membuat pandangannya teralihkan. Kali ini nama Melan terpajang di layarnya.
Ya Tuhan..
Dia melupakan gadis itu.
Tanpa menghentikan langkah, Rival menjawab panggilannya.
"Kamu di mana?"
"Saya ada urusan mendadak. Kamu bisa pulang naik taksi kan?"
Tak ada sahutan dari ujung sana. Hanya suara berisik di belakangnya yang terdengar.
"Kamu marah?"
Masih tak ada jawaban.
"Lain kali kita...."
"Besok kamu harus temenin aku seharian," Melan akhirnya bersuara.
"Oke."
Tanpa menunggu, Rival langsung memutuskan sambungan. Pikirannya kini hanya terfokus pada satu orang.
Dengan kecepatan di atas rata-rata, dilajukan mobilnya membelah keramaian. Seolah tak peduli itu bisa berakibat fatal terlebih pada dirinya.
Setibanya di tujuan, Rival hanya memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, tanpa berniat untuk memasuki rumah berpagar tinggi itu. Sesegera mungkin dirinya keluar dari mobil dan mengamati sekitar.
Sepi.
Tak ada seorang pun di sana.
"Lho, Mas Rival nyari siapa?"
Dibalikkan tubuhnya saat mendengar sebuah suara menyapa. Dari dalam pagar, satpam rumah itu keluar.
"Cewek yang nunggu di sini mana?" tanya Rival panik.
"Cewek yang mana ya, Mas?"
"Cewek yang nunggu di sini, masa nggak lihat?"
"Aduh maaf, Mas. Saya baru datang. Mungkin temen saya yang tahu, tapi dia udah pulang."
Rival menggaruk kepalanya. Sekali lagi dia mencoba menghubungi seseorang dari ponselnya, tetap hanya operator yang menjawab.
"Vano ada?"
"Den Vano keluar, Mas."
Kali ini Rival mencoba menghubungi Vano. Hanya nada sambung yang terdengar. Diulang kembali, namun yang terjadi tetaplah sama. Tak habis akal, Rival menghubungi Juna. Kemungkinan besar kedua sahabatnya itu sedang bersama sekarang.
"Di mana?" tanyanya langsung begitu panggilannya dijawab.
"Rumah. Kenapa?"
"Bareng Vano?"
"Kagak, gue lagi bantu nyokap."
Rival memutuskan panggilan. Dua orang yang dicarinya seolah menghilang. Jangan-jangan...
Tanpa pamit, Rival kembali masuk ke dalam mobil dan pergi. Satpam yang heran hanya menggelengkan kepala tak mengerti.
Satu keyakinan Rival, mereka -Vano dan Airel - saat ini sedang bersama. Memikirkan itu otaknya mendadak panas dan mendidih. Semakin dilajukan mobilnya menembus jalanan yang tak begitu padat.
°AIREL °
Tak hanya makan, Vano juga membawa Airel mengelilingi mall. Vano masih belum menceritakan secara detail permainan yang akan mereka lakoni. Sementara Airel yang sudah cukup lelah hanya bisa pasrah mengikuti lelaki itu keluar masuk butik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airel (Proses Revisi)
RomanceSebagian bab dihapus untuk revisi. "Anjing!" Makian terdengar bersamaan dengan menjauhnya tubuh Airel dari korban keberingasan lelaki itu. "Mau jadi jagoan lu?!" "Dia bisa mati!" "Gue emang mau bunuh dia!!" Seringan kapas, tubuh Airel dibuat ter...