Airel || 13

1.3K 177 0
                                    

"Gue udah nemuin dia."

"Dia?"

"Orang yang nolongin gue."

Degh!!

Jantung Airel rasanya berdetak lebih cepat. Matanya menatap dalam pada Rival yang masih bersandar di kap mobilnya.

"Lu...," Airel menelan salivanya. "Udah tau?"

Rival mengangguk pelan tanpa melepaskan pandangannya. "Makasih lu udah bantu gue."

Airel mengeratkan pegangan pada tali tasnya. Perlahan kepalanya menunduk, memperhatikan kakinya yang bergerak di tempat.

"Gue nggak nyangka, ternyata dia teman lu."

Seketika Airel mengangkat kepalanya, menatap lurus pada Rival yang kini tersenyum tipis. Kakinya pun tak lagi bergerak.

"Teman gue?"

Rival mengangguk pelan. "Juna yang kasih tahu gue."

"Juna?"

Rival tersenyum lebih lebar. "Lu kenapa jadi kayak burung beo gitu sih?"

"Eh.. ng...." Airel menggaruk kepalanya. "Ya, gue masih nggak ngerti maksud lu."

"Gue jelasin sambil jalan," ujar Rival seraya mendorong bahu Airel dan membukakan pintu penumpang untuk gadis itu, sebelum berputar menuju pintu lainnya.

"Jadi?" tanya Airel setelah cukup jauh meninggalkan kafe namun Rival tak juga buka suara.

"Lu udah makan?"

"Val."

"Sambil makan ya?"

"Gue bisa makan di rumah."

"Masak buat gue juga, oke?"

Airel menghempaskan tubuhnya pada sandaran jok. Tak ingin terlalu memikirkan.

Dua mangkok mie instan plus telur sudah siap santap di depan mereka. Bahkan setelah hampir setengah porsi berpindah ke dalam perut, Rival belum juga buka suara.

"Lu mau lanjutin omongan tadi nggak sih?" tanya Airel sedikit kesal.

"Lagi makan, Rel. Nggak baik sambil ngomong," jawab Rival.

Perasaan waktu itu nanya-nanya sambil makan deh, batin Airel.

Begitu isi mangkoknya bersih, Rival mulai memasang wajah serius.

"Teman lu itu sering main ke sini?" Tanya Rival yang di jawab anggukan kepala oleh Airel karena mulutnya masih mengunyah.

"Dia tau dari mana gue lagi nyari orang?"

Airel menatap lurus pada lelaki di depannya, lalu meraih segelas air dan meneguk habis isinya tanpa melepaskan pandang.

"Kok gue ngerasa lagi diintrogasi ya?" tanya Airel kehilangan napsu makannya.

"Gue lagi memastikan, Rel."

"Lu bilang tadi udah ketemu kan? Terus lu mau apa lagi?"

Rival mengacak rambut seraya menghempas tubuhnya pada sandaran sofa.

"Temen lu bilang sama Juna kalau dia pernah nolongin gue."

"Terus?" Airel sudah mulai mengerti inti pembicaraan mereka.

"Gue masih nggak yakin, Rel."

Airel tersenyum tipis, membenarkan ucapan lelaki itu dalam hatinya.

"Ya udahlah. Intinya lu udah ketemu kan apa yang lu cari. Sekarang tinggal tepatin janji lu aja. Selesai."

"Nggak segampang itu, Airel," geram Rival frustasi.

Airel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang