Airel || 8

1.5K 198 0
                                    

  Masih bergelung dalam selimut, tangan Airel terus meraba setiap tempat yang terjangkau demi meredam bunyi ponsel yang terus berdering. Gerakannya terhenti begitu suasana kembali hening. Hanya beberapa detik, sebelum ponselnya kembali bernyanyi.

  Menahan kesal, Airel bangkit dari tidurnya. Menghadap nakas di samping ranjang tempat biasa dia menyimpan ponsel sebelum tidur. 

  Tak ada. Ponselnya tak ada di sana. Airel mencoba membuka seluruh selimut, memeriksa setiap bagian ranjang. Nihil. Barang itu tak ada di dekatnya.

  Perlahan Airel berdiri, mencoba mencari asal suara berisik itu. Kakinya melangkah keluar kamar, terus menuju ruang tamu. Pandangannya terpaku pada tas kecil yang tergeletak begitu saja di sudut sofa. Dengan cepat diraih benda mungil itu sebelum suaranya kembali menghilang.

  "Hallo," suaranya parau.

  "Anjir! Lama banget sih lu ngangkatnya?! Bikin orang khawatir aja."

  Airel menjauhkan sesaat ponselnya dari telinga untuk melihat sang penelepon. Senyumnya tercetak begitu membaca nama di layar ponselnya. Kembali di dekatkan benda itu pada telinganya.

  "Apaan sih, Mel? Pagi-pagi udah ngomel aja. Cepet tua baru tahu rasa lu."

  "Pagi apaan?! Ini udah jam 3 sore!! Lu bilang mau nemenin gue nyari buku!!"

  Airel memutar tubuhnya. Seketika matanya membesar melihat jarum jam yang memang sudah menunjukkan pukul tiga. Reflek, Airel memukul keningnya.

  "Sorry, gue ketiduran."

  "Lu tidur apa ngebo?!"

  Airel terkekeh pelan.

  "Lu di mana? Gue susul...."

  "Nggak usah! Gue mau pulang aja!"

  Tut... tut....

  Pasrah. Airel membuang ponselnya ke atas sofa. Dilangkahkan kakinya menuju dapur. Airel butuh air untuk mengaliri tenggorokannya yang terasa kering.

  Setelah menikmati air, Airel membersihkan setiap bagian rumahnya, hal yang biasa dirinya lakukan di hari minggu.

  Saat membersihkan ruang tamu, matanya menangkap sebuah benda asing yang tergeletak di lantai. Sebuah jaket tebal berwarna hitam.

  Agak ragu Airel mendekatkan jaket itu ke hidungnya. Aroma musk menenangkan memasuki indera penciumannya. Membuatnya lebih tenang dan santai.

  "Lu ngapain?"

  Airel membuka mata yang entah sejak kapan tertutup. Mengerjap beberapa kali menyadari si pemilik suara yang berdiri di belakang pintu yang sedikit terbuka.

  "Kok lu bisa masuk?" tanyanya heran melihat Rival sudah berada di dalam rumah.

  "Pintunya nggak dikunci."

  "Nggak dikunci?"

  Airel bergegas melewati Rival, mengecek keadaan pintunya. Menghela napas kesal menyadari kebodohannya, tidur semalaman tanpa mengunci pintu.

  "Itu jaket gue kan?"

  Airel tercekat. Sekali lagi memaki dalam hati. Bisa tengsin berat kalau lelaki itu tau kelakuannya.

  "Ng.. ini," Airel menyodorkan jaket itu pada Rival. "Tadinya mau gue cuci dulu. Tapi...."

  "Tapi?"

  "Lu ke sini mau ngambil jaket kan? Nih."

  Bukan mengambil jaketnya, Rival malah duduk di sofa. Mengamati sekitarnya yang sedikit berantakan.

Airel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang