"Gue mau semuanya selesai di sini."
"Maksudnya?"
"Gue mau kita putus."
Airel menahan suaranya agar tak terdengar bergetar, menarik napas panjang seraya menutup mata sebelum melanjutkan ucapannya.
"Dari awal lu cuma mau bikin Naya cemburu kan? Makanya lu setuju dengan semua persyaratan yang gue kasih, iya kan?"
Tak ada tanggapan. Airel kembali menarik napas, sesak.
"Lu berhasil. Naya baru aja akuin perasaannya. Itu artinya tugas gue udah selesai dan kita putus. "
"Lu di mana?"
"Naya di rumah."
"Lu di mana?!"
"Dia pasti senang banget lu datang."
"Gue tanya, lu...."
Airel memutuskan panggilan. Dengan cepat dilepaskan baterai ponsel dan memasukkan benda tipis itu dalam tasnya.
Sejenak Airel menghentikan langkah, memejamkan mata sesaat sebelum menarik napas panjang untuk sekian kalinya hari ini. Airel butuh hiburan, paling tidak untuk menghilangkan sesak di dadanya. Berkeliling kota, mungkin.
°AIREL°
Sudah sejak senja Rival tiba di rumah Airel. Namun setelah hampir empat jam menunggu, si pemilik rumah belum juga terlihat batang hidungnya. Beberapa kali Rival sempat mengetuk pintu, berharap gadis itu hanya mengurung diri di dalam.Rival kembali masuk ke dalam mobil. Matanya tak lepas sedikitpun dari rumah di seberang sana. Tanpa sadar dihempaskan tangannya pada kemudi.
"Lu di mana sih, Rel?" gumamnya seraya mengacak rambut.
Sebuah taksi berhenti di depan rumah, disusul keluarnya sesosok gadis dari dalam mobil. Tanpa menunggu, Rival keluar dari mobil dan menghampirinya.
"Dari mana aja lu?"
Airel yang sedang merogoh saku tasnya seketika membalikkan badan, menatap terkejut.
"Bisa nggak sih lu nggak nongol tiba-tiba?!"
Rival tak menjawab. Hanya menatap tajam pada Airel dan mengeraskan rahang, menahan amarahnya.
"Tuh mata belum pernah kelilipan sepatu ya?" sindir Airel kembali fokus membuka pintu.
Rival masih memerhatikan gadis di depannya. Tatapan tajamnya perlahan berganti sendu. Dipeluknya Airel dari belakang, membuat tubuh gadis itu kembali menegang.
"Lu bisa nangis sepuasnya sekarang. Nggak perlu sok kuat di depan... Awwww!!"
Pelukan Rival terlepas saat kaki Airel mendarat tepat di atas kakinya. Gadis itu kembali membalikkan badan, menghadap Rival yang mengaduh kesakitan.
"Lu ngapain meluk-meluk gue segala?" tanya Airel penuh selidik.
"Gue cuma mau ngehibur doang. Siapa tau lu mau bunuh diri gegara putus cinta."
Airel menahan ucapan yang akan keluar dari mulutnya. Berdebat dengan Rival saat ini hanya akan menghabiskan waktu dan membuatnya semakin lelah.
"Gue capek...."
"Gue laper."
Airel mendelik tajam. Tanpa permisi, Rival masuk ke dalam rumah, menyalakan lampu dan duduk di sofa ruang tamu. Bersikap seolah tempat itu adalah miliknya. Sementara Airel hanya mendengkus melihat tingkah Rival.

KAMU SEDANG MEMBACA
Airel (Proses Revisi)
RomanceSebagian bab dihapus untuk revisi. "Anjing!" Makian terdengar bersamaan dengan menjauhnya tubuh Airel dari korban keberingasan lelaki itu. "Mau jadi jagoan lu?!" "Dia bisa mati!" "Gue emang mau bunuh dia!!" Seringan kapas, tubuh Airel dibuat ter...