05. Centrum

165 23 20
                                    

Revia POV

Aku menyodorkan sebatang gandum ke arah Ethan yang langsung dimakan olehnya dengan lahap.

"Revia, maaf ya... seharusnya kau hari ini tidak ada shift tetapi kau malah datang." Aku berbalik dan menemukan Raxyzo dengan wajah 'tak enak'nya.

"Tenang saja Rax, aku tidak masalah kok pagi-pagi memberi Ethan makan," kataku yang kembali memberikan Ethan sebatang gandum lainnya.

"Ia kadang tak mau memakan apa yang kita berikan..."

"Hahaha... Maaf ya, ia sudah lama di sini tetapi masih saja manja," kataku sembari mengelusnya.

"Kau seperti orang tuanya saja. Jangan-jangan kau memang orang tuanya? Kau keturunan naga?!"

"Huh? Kau ingin aku banting Vin?" tanyaku kesal dengan sesuatu yang kini menggantung di bahuku.

"Jangan jahat-jahat padaku seperti itu master~ aku hanya bertanya," kata Igvin yang tersenyum santai.

"Jangan memanggilku itu. Panggil saja dengan namaku, Revia," kataku kesal sembari kembali memberi Ethan sebatang gandum.

"Ayolah jangan marah-marah seperti itu. Kau bisa bertambah tua," kata Igvin dengan nada jailnya.

"Revia bukan orang yang gampang marah, jadi itu adalah kesalahanmu."

Aku kembali berbalik dan terlihat Mole yang berdecak pinggang kesal. "Mole!"

"Revia, apa yang sebenarnya terjadi? Aku mendengar bahwa kau terlibat sesuatu yang berbahaya. Apa itu benar? Beritahu padaku Vi." Mole mendekatiku dengan pandangan khawatir dan seriusnya.

"Tenanglah Mole, semua itu telah berlalu. Aku juga tidak terluka. Jadi kau tak perlu khawatir, ya?" kataku sambil memegang kedua bahunya.

Mole menghembuskan nafas pasrah. "Lain kali jangan lupa mengabariku kalau terjadi sesuatu seperti ini. Kau sudah aku anggap sebagai saudari sendiri."

Aku tersenyum. "Aku tidak mau membuatmu panik, karena itu aku tak memberitahukan hal ini padamu oke?"

"Tentu saja aku panik! Sesuatu terjadi padamu! Langsung padamu! Ditambah aku tidak berada di sana saat kejadian itu!"

"Mole...."

"Tenang saja~ anak ini mempunyai refleks yang bagus. Ia tidak akan terluka terlalu parah jika berhadapan seperti itu~" kata Igvin yang ikut pembicaraanku dan Mole. Iya juga, diakan ada di pundakku.

"Apa itu? Tringgiling berbicara? Kau beli dimana mainan itu?" tanya Mole kesal.

"Hei! Jangan seenaknya berbicara! Aku adalah Vibirus kau tau?!!" kata Igvin kesal.

"Huh? Vibirus? Bukan laki-laki yang dikutuk menjadi tringgiling?" tanya Mole dengan wajah datarnya.

"Enak saja dasar anak kurang ajar!!"

"Huh?! Memangnya kau kakekku?"

"Aku tidak sudi menjadi kakekmu!"

"Aku juga tak sudi mempunyai kakek sepertimu!"

Jika ini di anime dapat dipastikan tatapan Mole dan Igvin menjadi petir yang bertabrakan. Sedangkan aku berada di tengahnya. Sungguh tempat yang tak diinginkan.

Tiba-tiba telepon Mole berbunyi. Dengan cepat Mole menjawab panggilan itu. Tatapan Mole memberikan ekspresi serius ia mengangguk dan aku rasa.... cukup kecewa. Setelah mematikan panggilan ia menghela nafasnya lalu menatapku sendu.

"Aku tidak apa-apa. Sungguh," kataku sembari tersenyum untuk menenangkannya.

"Baiklah, aku pergi dulu." Mole beranjak walau kadang kala menoleh padaku. Ia benar-benar menghawatirkan sesuatu yang tidak penting.

Free IndefinitelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang