25

75 11 15
                                    

Setelah ngambek sama cerita ini beberapa hari saya kembali. Entah bagaimana cerita ini. Apakah masih gampang mendapat feelnya seperti awalnya? Saya masih sedih loh :")

....

"BUHAHAHAHAHAHA!!!! SEHARUSNYA AKU MELIHAT EKSPRESI MEREKA!!" seru kak Luna yang sampai-sampai wajahnya tidak terlihat.

"Ekspresi mereka memang sangat lucu! Saat aku menawari untuk melihat wujud asli Ethan mereka menolak," kataku lalu tertawa.

"Memang pilihan bagus mereka tahu, rasanya aku ingin benar-benar melihat ekspresi mereka," kata kak Luna yang mengusap air matanya.

"Tetapi apakah tidak masalah mengatakan hal itu kepada mereka?" tanyaku ragu sambil memeluk Ethan yang duduk di kakiku.

"Tenang saja, hal itu memang aku sempat lihat dan tidak masalah," kata kak Luna yang mulai reda dari tawanya.

"Bagus deh kalau begitu, sebenarnya aku cukup ragu saat mengatakannya tetapi Myron sudah berkali-kali membantuku," kataku sambil menenggelamkan setengah wajahku di bulu-bulu Ethan.

"Kaing kaing." Aku tersenyum lalu mengelus Ethan pelan.

"Aku rasa mereka akan membantumu di waktu selanjutnya," kata kak Luna.

"Benarkah? Tetapi secara logika memang seperti itu. Mereka bisa membantuku untuk mencari informasi dan segala hal," kataku sambil berpikir.

"Lebih besar lagi," kata kak Luna yang membuatku melihatnya bingung. "Mereka akan membantumu lebih dan lebih besar lagi, aku sempat melihatnya. Oh, aku hampir lupa, esok, kau akan mendapat tamu yang luar biasa. Pasang matamu baik-baik," kata kak Luna dengan senyuman jail.

"Mataku memang sudah terpasang dengan baik. Apakah mataku bisa lepas?" tanyaku bingung.

"Bukan itu maksudku," kata kak Luna kesal.

"Biaklah kak aku mengerti," kataku sambil tertawa kecil.

"Kau mengerjaiku rupanya. Sudahlah, aku juga ingin mengatakan padamu bahwa esok kau akan kedatangan tamu istimewa. Jadi kau harus istirahat sekarang," kata kak Luna dengan senyuman manis.

"Tamu istimewa? Siapa?" tanyaku penasaran.

"Kau bisa mengetahuinya esok. Nah sekarang beristirahatlah," kata kak Luna yang masih tersenyum.

"Sepertinya kakak yang paling memerlukan istirahat, wajah kak Luna terlihat sangat lelah," kataku yang sedih melihat wajah lelah kak Luna.

Kak Luna menganggukan kepalanya. "Selamat malam."

"Selamat malam kak." Setelah itu wajah kak Luna tidak lagi terlihat.

Aku menghela nafasku. Kak Luna sepertinya masih berkutat pada ramuannya. Tanganku memeluk Ethan lebih kencang sembari memejamkan mata, bulunya yang halus mengelitik pipiku. Pikiranku kembali melayang pada percakapanku dengan kak Luna sebelum ke negeri ini.

Siapa yang mengatakan bahwa aku tidak takut? Kadang kala aku bermimpi buruk akan hal itu. Sayangnya keadaan kedua negeri ini bergantung padaku. Sekali aku lari, entah apa yang akan terjadi pada kedua negeri ini.

Kira-kira apa yang akan terjadi nantinya?

....

Esok harinya toko berhasil membuat pikiranku teralihkan. Pelanggan yang masuk ke dalam toko cukup banyak dan berhasil membuatku dan Taka sibuk. Walau tidak semua meja penuh, tetap saja aku dan Taka sampai harus bergerak terus menerus.

"Revia, apa roti gulanya ada?" tanya Rani yang mendekat ke arah etalase.

"Tentu saja. Hari ini aku belum melihat ayahmu, di mana ia sekarang?" tanyaku sambil mengambil kantung tempat menaruh roti.

Free IndefinitelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang