Igvin masih diam di penutup kepala Revia, sang pemilik duduk berdampingan dengan Virgilio dan berhadapan dengan Sylog.
Tiba-tiba saja Sylog tertawa melihat ekspresi yang dikeluarkan oleh Revia. "Santai saja, jangan terlalu tegang seperti itu," katanya sembari tertawa kecil.
Revia tertawa ragu, sedangkan Virgilio dan Igvin menatapnya datar.
"Jadi bisakah kau menceritakan bagaimana kau dapat bertemu dengan Vibirius itu?" tanya Sylog sambil menatap Revia dan Igvin bersamaan.
"Nama. Aku punya nama, Igvin. Aku bukan barang," kata Igvin kesal.
"Maafkan saya, jadi bagaimana kalian berdua dapat bertemu?" ralat Sylog setelah tertawa pelan.
"Bagaimana jika itu adalah sebuah rahasia?" tanya Igvin dengan senyum sinisnya.
"Apa kau sedang bercanda lagi Vin?" tanya Revia yang menggerakkan sedikit kepalanya ke arah Igvin.
"Kau memang pintar Revia!" kata Igvin yang seakan-akan menunjukkan jempolnya pada Revia.
"Kalian terlihat dakat ya," kata Sylog tersenyum senang.
"Tentu saja!" seru Igvin semangat.
"Anggap saja begitu," kata Revia pasrah.
"Hei! Ayolah bersemangatlah sedikit Revia!" kata Igvin sambil menggoyang-goyangkan bahu Revia.
"Ya ya terserahmu Vin. Oh iya, sampai lupa untuk memberitahukan pada bapak," kata Revia.
"Tidak apa, santai saja. Virgilio kau juga tak perlu khawatir saat bel berbunyi, masih lama kok." Virgilio hanya menatap remeh Sylog walau tak begitu terlihat.
Mulailah Revia bercerita mulai dari dirinya yang melakukan pekerjaan nya seperti biasa, tiba-tiba musuh datang, diselamatkan oleh Igvin sampai selesai. Sylog mendengarkan cerita Revia (yang beberapa kali di potong oleh Igvin) dengan serius. Sedangkan Virgilio menatap Revia dengan tatapan menahan amarah dan tangannya terkenal tanpa ada yang tahu.
Sylog menyandarkan punggungnya di sandaran sofa setelah cerita Revia berakhir. "Kau tadi mengatakan bahwa kau bekerja?" tanya Sylog setelah terjeda.
"I...ya," kata Revia sambil mengangguk ragu.
"Bukankah umurmu masih dalam waktu untuk bersekolah?" tanya Sylog dengan kedua alisnya tertekuk dalam.
Revia mengangguk sebelum kembali berbicara, "memang saya seharusnya sekolah, tetapi jika saya melakukan demikian tidak akan ada yang dapat membiayai kebutuhan saya," Revia menunduk dengan mata yang melihat ke sekeliling ruangan itu.
"Keluargamu? Orang tuamu?" tanya Sylog.
Revia menggeleng dan menggenggam kedua tangannya erat dan terdiam. Igvin langsung berinisiatif mengambil bentuk manusia dan memegang kepala Revia. "Orang tuanya telah tiada," kata Igvin mewakilkan Revia.
Sylog langsung tersentak, "maafkan aku..."
Revia menggeleng pelan, "tidak apa-apa. Itu sudah sangat lama." Senyuman dan air mata yang terlihat bersamaan itu membuat ketiga lelaki itu tertegun.
Igvin mengacak-acak rambut Revia. "Jangan sok kuat dengan air mata itu," kata Igvin kesal sedangkan Revia hanya tertawa pelan sembari mengusap air matanya.
"Lalu, bagaimana dengan sanak saudaramu yang lainnya?" tanya Sylog yang takut membuat gadis di depannya kembali mengeluarkan air matanya.
"Aku tidak tahu, setelah kebakaran besar itu aku dimasukkan ke dalam panti asuhan bersama yang lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasyDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...