Setelah Revia, Elizar, dan minotaur itu keluar dari ruangan rahasia..
Semua terjadi dengan cepat, keempat orang itu hanya bisa menutup wajah mereka dari pasir dan batu-batu yang mengenai wajah. Tasha melihat lagi ke posisi Revia yang kini hanya meninggalkan lubang.
"Winda, panggil semua orang, kita harus memberitahu segalanya kepada mereka," kata Ezio yang menatapi lubang, tempat cahaya datang mengisi ruangan itu.
"Baik Yang Mulia," kata Winda sambil mengangguk.
"Biarkan kami yang membantu Yang Mulia Raja," kata Marc yang baru saja berhasil berdiri dengan baik.
"Tetapi pak Marc juga terluka! Jangan memaksakan diri!" seru Tasha menatap Marc yang masih terdapat bekas darah di kepalanya dengan panik.
"Karena itu aku menyebut "kami", Tahsa," kata pak Marc lembut dan senyuman di wajah. Tasha bungkam mendengar hal itu.
"Baik, aku serahkan kepada kalian," kata Winda yang langsung berlari ke atas.
Sedangkan Tasha dan Marc saling menolong Ezio agar bisa berdiri dengan baik, Mengingat luka Ezio yang terdapat di beberapa tempat vital. Setelah beberapa menit Ezio telah berdiri di singgasananya, dengan Tasha, Marc, dan Winda yang berdiri di sisi yang berbeda, dan para rakyat negri itu yang sangat menempati ruangan kemegahan sang raja.
Mereka yang berkumpul bertanya mengenai suara-suara keras yang terjadi di dekat mereka, baik kepada sekeliling mereka dan kepada Ezio. Pernyataan yang pertama kali Ezio katakan adalah pernyataan maaf yang membuat semua terbungkam. Seorang raja yang menunjukkan kepedulian selama ini, meminta maaf dengan ekspresi yang menyakitkan. Ezio menjelaskan apa yang terjadi, dari masa lalu, kedatangan Revia, hingga apa yang sedang terjadi. Kadang kala Ezio meminta Tasha, yang lebih mengetahui, menjelaskan beberapa hal. Orang-orang banyak itu kaget, merasa tidak percaya dengan apa yang mereka dengar saat ini.
"Lalu," kata Ezio yang mengakhiri bisikan diantara orang-orang di depanya. "Apakah kalian bersedia membantuku?" tanya Ezio yang tidak begitu peduli dengan jawaban yang akan ia terima. Melihat mereka yang menunduk dan menunjukkan ekspresi ragu.
....
Mendengar jeritan yang melengking membuat langkah Virgilio menjadi lebih cepat. Kepanikan, ketakutan kini mendorongnya untuk menemui Revia sekarang juga. Di sisi hatinya masih berharap bahwa Revia baik-baik saja.
"REVIA!!" Kedua mata Virgilio membulat sempurna.
Itu adalah pemandangan yang merupakan mimpi buruk bagi Virgilio. Tubuh Revia yang terkulai lemah kebelakang dengan darah dari sebelah sayapnya yang tercabut, memar terlihat jelas di kaki, luka sayatan bahkan dapat ditemukan di wajah.
"Leo," panggil Revia serak dengan senyuman lemah.
"GRAAAAA!" Ethan kembali berdiri dengan susah payah.
Ethan langsung menerjang minotaur dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Sebelah tangan minotaur yang masih menggam sayap Revia terlepas dan mengayunkan kapak yang tiba-tiba saja sudah ia ganggam langsung mengenai Ethan.
"Ethan!" panggil Revia serak dan tidak bertenaga. "Lepaskan dia! jang---AAAK!!" Genggaman Revia semakin mengerat.
"Lebih baik jangan memikirkan orang lain gadis tidak tahu diri," kata Elizar yang menampilkan senyuman kemenangan di wajahnya.
Virgilio yang tidak bisa lagi menahan diri langsung melompat ke arah Elizar dengan sebelah tangan yang siap membekukan apa pun yang ia pegang. Sayangnya lompatan Virgilio harus terpental karena terpukul mundur oleh lengan minotaur yang menggenggam Revia, hingga Revia harus kembali menahan sakit dari goncangan itu. Virgilio berhasil mendarat dengan baik tetapi matanya melihat Revia yang kini mengeluarkan nafas dengan berat. Darah masih keluar dari punggung Revia, itu pemandangan yang membuat hati remuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasyDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...