Sudah beberapa hari aku habiskan di perpustakaan istana. Dengan seizin Raja, aku dan Myron memasuki sebuah ruangan di perpustakaan istana yang tersembunyi. Aku bahkan tidak tahu bahkan Myron sampai ikut penasaran.
Kami memasuki sebuah lorong dengan tangga yang menuju ke bawah. Myron berjalan di depanku sembari membawa obor di tangannya.
"Berhati-hatilah dengan langkahmu," kata Myron yang melirik ke arahku.
"Tenang saja, seharusnya kamu melihat dirimu sendiri. Jangan menghadap ke belakang saat di tangga," kataku tertawa pelan.
"Seharusnya Revia saja yang membawa obor ini," kata Myron yang terdengar memungut kesal.
"Hm, kalau saja sampai terjadi pada pangeran negeri ini bukankah sebuah perkara besar?" tanyaku yang memasang senyuman di belakangnya.
Myron tidak mengatakan apa pun, tetapi dia mengeluarkan suara seperti sedang kesal. Sebenarnya umurnya berapa sih? Kenapa kelakuannya imut sekali?
Tak lama setelah itu kami sampai di sebuah ruangan kecil yang lembab, mungkin karena letaknya yang berada di bawah tanah. Di sana ada buku-buku yang tersusun rapi di sebuah lemari kayu. Ada sebuah kasur yang terbuat dari kayu yang keliatannya sudah hampir hancur.
"Revia, coba kemari," panggil Myron di depan sebuah peti besar.
Aku mendekatinya dan melihat peti kayu yang dilapisi debu yang cukup tebal. Myron melihatku dengan tatapan jailnya. "Apa?"
"Tebak apa isinya?" tanya Myron dengan wajah semangatnya.
"Entahlah, barang berharga?" tebakku asal. "Atau, yang kita cari ada di sini?" tanyaku sambil melihat Myron.
"Kita akan mengetahuinya. Lebih baik kamu mundur sedikit, debunya sangat tebal," kata Myron yang berdiri dari tempatnya.
"Akan lebih baik jika melakukannya berdua. Bukankah peti ini terlihat berat?"
Myron tertawa pelan. "Baiklah, aku tidak akan pernah kalah darimu," kata Myron lalu bersiap untuk mengangkat tutup peti kayu itu.
Aku membantunya, awalnya susah karena beratnya hampir sama seperti perkiraanku tetapi debu yang menumpuk ini cukup menghambatku juga. Tak lama peti kayu itu terbuka dan terdapat sebuah buku yang kertasnya telah menguning, sebuah pedang kecil, dan sebuah kain yang sepertinya satu sisinya terlihat robekan. Tanganku mengambil buku itu terlebih dahulu dan mencoba membacanya.
______________--------_________________--------_______________
tanggal xx, bulan xx tahun x11
hari ini kakak mengajariku pedang. Walaupun aku selalu melakukan kesahalan, sampai membuat guru-guru pedang marah padaku. Tetapi kakak terus mengajariku dengan baik. Bahkan kakak juga sudah menghiburku terus saat banyak omongan bahwa aku sudah sangat terlambat mempelajari teknik pedang.
Aku sangat senang mempunyai kakak seperti kakakku!______________--------_________________--------_______________
Tawa pelan tak bisa aku tahan melihat tulisan yang menggemaskan..
"Apa itu?" tanya Myron yang mendekatiku.
"Buku harian. Apakah ini milik raja pertama?" tanyaku yang kembali melihat sampul buku itu.
"Entahlah, bagaimana kalau kita coba baca saja?" tanya Myron yang aku balas dengan anggukan.
______________--------_________________--------_______________
Tanggal xx, bulan xx tahun x12
Sebenarnya bukan hal yang mudah menulis sesuatu seperti ini. Bahkan aku sudah melupakan hal ini sekitar setahun lamanya. Pak Roxley mengatakan bahwa aku memerlukan waktu lebih untuk belajar, dibandingkan anak lainnya. Untung saja masih ada pak Roxley yang masih menerimaku sebagai muridnya. Tetapi apakah pak Roxley akan bertahan mengajariku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasyDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...