BRAK!!
Tasha sampai terdiam di tempatnya. Hanya karena di pintu besar tanpa penjagaan, Revia langsung mendorong pintu itu dengan sekeras-kerasnya. Di dalam ruangan itu terlihat singgasana Raja dengan suasana ruangan yang sedikit berwarna ungu gelap, dicampur beberapa lampu kuning yang sedikit remang.
Di tengah, terdapat ubin yang berwarna lebih gelap dibandingkan ubin-ubin yang ada di kedua sisi, mungkin menjadi pengganti karpet. Di depan sana terlihat tiga orang yang menatap ke arah Revia dan Tasha yang menutup wajahnya. Seorang lelaki dengan sekitaran umur Revia duduk di kursi singgasana Raja dengan kertas di tangannya dan seorang wanita anggun di sebelahnya. Yang paling membuat kaget adalah seseorang yang berdiri di depan mereka berdua.
"Kau?! Tunggu, kenapa kalian bisa berdua?!" tanya lelaki yang sebelumnya menemani Tasha menemui Revia.
"Ah! Alatas!" Seketika Revia menyadari apa yang ia katakan. "Ups." Revia langsung menutup mulutnya.
"Benar juga, kita belum berkenalan ya?" tanya lelaki itu dengan senyuman manis dan berbalik ke arah Revia dan Tasha. "Namaku adalah Marco, bisa dipanggil Marc jika kamu mau," kata lelaki itu dengan senyuman manis dan sebelah tangannya yang diletakkan di depan dada.
"Ah, salam kenal, nama yang bagus ya," kata Revia dengan senyuman manis
"Terima kasih atas pujiannya," kata Marc, masih memasang senyuman manisnya hingga membuat suasana yang sebelumnya menegangkan menjadi harmonis. Bahkan bisa melihat efek bunga-bunga yang bertebaran di ruangan itu.
"Perkenalkan juga namaku Ezio," kata lelaki itu yang duduk di singgasananya dengan senyuman manis.
"Salam kenal juga untuk Yang Mulia," kata Revia dengan senyuman manis, tak lupa dengan efek bunga-bunga yang entah muncul dari mana.
"HEI! APA MAKSUDNYA INI?!?!?!?" seru wanita itu kesal, sedangkan Tasha menutup wajahnya karena malu. Dua orang yang ia kenali, salah satunya pernah hampir membunuh satunya tetapi masih bisa menciptakan suasana yang harmonis, ditambah sang Raja yang ikutan memperkenalkan diri.
"Oh iya! Ada yang ingin aku katakan!" seru Revia sembari menunjuk sang Raja, Ezio. Di dalam hati Tasha menghela nafas karena akhirnya Revia mulai menuju ke bagian serius. "Sebelum itu adakah alasan yang membuat anda memulai peperangan?" tanya Revia.
"Kau, siapa kau?" tanya Ezio yang menatap Revia curiga. Tidak ada seorang pun yang tidak mengetahui alasan mengapa ia memulai peperangan karena akan ia langsung jelaskan saat ia mengadopsi anak-anak yang terlantar karena perang.
"Tolong, jelaskan terlebih dahulu," kata Revia dengan nada suara yang sedikit ia rendahkan.
Ezio menghirup lalu menghela nafasnya untuk menenangkan diri. "Untuk merebut kembali apa yang telah diambil oleh raja terdahulu," kata Ezio yang sengaja tidak menjelaskan dengan lengkap.
"Mengapa anda bisa yakin?" tanya Revia kembali.
"Ada sebuah surat dari Raja sebelumnya yang ia berikan keturunannya yang menjabat sebagai raja. Di dalam surat itu menjelaskan bahwa negara ini sebenarnya seluas benua ini, tetapi muncul seseorang yang akhirnya mendirikan sebuah kerajaan yang membesar, hingga mengambil sebagian besar wilayah negara ini. Ditambah perperangan saudara negeri itu membuat wilayah negara ini semakin kecil," jelas Ezio dengan mata yang membawa kemarahan.
"Apa buktinya?" tanya Revia masih dengan wajah seriusnya.
Alis Ezio sedikit berkedut mendengar perkataan tidak sopan Revia. "Apa maksudmu?! Kau berani menghina--"
"Bagaimana ya?" tanya Revia yang menundukkan kepalanya dan menggaruk tengkuknya. "Ceritanya beda-beda sih, tetapi aku mendapatkan bukti kongkrit," kata Revia yang menunjukkan senyuman sinisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasíaDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...