Melia sudah menduga saat ketiga gadis itu kembali dengan wajah sembab. Terlihat ekspresi Igvin yang sudah mengerti keadaan mereka dan dapat melihat situasi dengan benar. Mereka menginap di sebuah hotel murah untuk satu malam saja dan mempersiapkan kembali kondisi tubuh mereka untuk esok hari.
Keesokan harinya mereka masih membuka kios untuk terakhir kalinya. Karena sibuk mereka tak sadar dengan seseorang yang memperhatikan mereka dari jauh.
Sorenya mereka tinggal mengepak barang mereka masing-masing. Walau lelah mereka merasa puas karena telah menghabiskan seluruh barang dagangan. Mereka kembali ke kota mereka dengan kendaraan yang disediakan oleh pak Rio, sang pemilik pariwisata. Revia kembali membuka sayapnya saat perjalanan sampai kerumah dan membiarkan dirinya terjatuh diatas kasurnya.
Igvin termenung melihat Revia. Ia mengambil sosok manusia dan menyelimuti Revia yang telah terlelap. "Apa saja yang telah kau tanggung?" bisiknya pelan. Helaan nafas keluar dari mulutnya. "Selamat tidur," katanya sebelum beranjak dari tempatnya.
..........
Melia, Aulia, Felen dan Revia diberikan libur untuk mengistirahatkan diri mereka selama beberapa hari. Karena hal itu Revia kini dengan santainya memakan roti buatannya di depan televisi yang menyiarkan berita. Igvin dalam tubuh manusia ikut duduk di sebelahnya, menyantap sarapan yang dibuat Revia untuknya.
"Hei, Vin."
"Apa?"
"Vibirus itu ada berapa banyak?" Igvin menatap Revia bingung, sedangkan gadis di sebelahnya tetap menatap televisi di depannya.
"Kenapa tiba-tiba bertanya?"
"Hanya tiba-tiba teringat pada kejadian kemarin...."
"Saat kau menangis?" potong Igvin jail.
"Bukan itu!" Revia memukul lengan Igvin. "Mengenai temanmu! Siapa itu namanya... Aqu... Aqu...arius?"
"Aquory," jawab Igvin kesal. "Jangan hanya karena nama-nama kita sama seperti kekuatan kita bukan berarti itu dapat menjadi bahan ejekan," terdengar nada kekesalan di setiap kata-katanya.
Revia tertawa pelan. "Maaf, aku lupa. Jadi ada berapa banyak Vibirus? Apakah sebanyak kekuatan alam? Seperti api, angin, air dan tanah?"
"Tidak, ada juga kekuatan lainnya seperti petir, magnet, teleteknis, mind reader dan banyak lainnya." Igvin kembali mengigit rotinya lalu menelannya sebelum kembali berbicara. "Aku tidak menghitungnya, jadi jangan tanyakan berapa. Lucunya aku tak pernah menemui yang mempunyai kekuatan sepertimu."
"Wah... bahkan aku langka di kalangan makhluk langka sepertimu," Revia tertawa dengan perkataannya sendiri. "Lalu mengenai kalian yang menghilang tiba-tiba itu bagaimana?"
"Insting."
"Lagi?!" tanya Revia tak percaya.
"Tentu saja. Kami mempunyai insting yang cukup akurat. Jika ada bahaya atau sesuatu yang akan mengusik kami, dengan refleks kami akan pergi dari tempat itu. Begitu," kata Igvin sebelum kembali memasukan potongan terakhir rotinya.
Revia mengangguk-angguk sembari kembali mengolah informasi yang baru saja ia dapat. "Baiklah, kau siap?"
"Ke bukit itu lagi?" tanya Igvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasyDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...