Esok paginya terdengar bunyi bel yang cukup keras. Bahkan aku hampir melempar gelas di tanganku. Aku meraih kartu yang ternyata ada jadwal makan dan istirahatnya, kemarin pak Sylog yang memberitahuku karena ia sadar aku tidak menyimaknya. Memalukan.
"Berisik," gerutu Igvin dengan mata setengah sadar.
"Ini saatnya sarapan. Kemarilah Ethan, kita akan mencari makanan untukmu," kataku sambil merentangkan tangan agar Ethan bisa aku gendong.
"Carikan aku sarapan Revia," kata Igvin yang kembali mencari posisi nyaman di kasur kecilnya.
Aku tersenyum pasrah sambil menggeleng. "Tidak, kau harus ikut," kataku sambil menarik salah satu lengannya dan mengabaikan ocehan kecilnya.
Kakiku terus berjalan sampai di ruang makan yang besar. Aku duduk bergabung dengan Alvern dan Metrila sambil membicarakan beberapa hal kecil. Sarapan yang disedakan membuatku cukup menikmatinya. Sebuah sup jagung hangat untuk udara pagi yang dingin dan roti untuk mengenyangkan.
"Tahu tidak, aku dengar para penyihir lainnya juga akan ikut latihan di sini loh," kata Metrila ceria.
"Benarkah? Sekolah akhirnya ramai lagi," kata Alvern ceria.
"Memangnya sekolahnya cukup menampung mereka?" tanyaku bingung.
Metrila dan Alvern melihatku lalu tertawa tak lama kemudian.
"Eh? Kenapa?" tanyaku bingung.
"Aku rasa kau tidak tahu. Sekolah ini sangatlah luas, lebih luas dibandingkan apa yang kau pikirkan," kata Metrila sambil memegang bahuku.
"Benarkah?" tanyaku.
"Iya, apalagi pak Sylog dengan bantuan lainnya bisa membuat puluhan kamar dalam waktu singkat," tambah Alvern dengan senyum lebar.
Apa? Hebat sekali.
Setelah selesai, aku mencarikan Ethan sesuatu yang dapat dimakan di taman sekolah ini. Aku melepaskan Ethan dan membiarkan dirinya mencari sesuatu.
"Apa tidak masalah melepaskannya begitu saja?"
Saat aku berbalik aku melihat Andy yang berjalan mendekatiku sambil melihat Ethan. "Tentu saja karena ia adalah naga yang jinak dan pintar," kataku sambil kembali melihat ke depan.
"Naga yang hebat," kata Andy yang berhenti di sebelahku.
"Tentu saja, ia sudah berada di sekeliling manusia lebih dari tiga tahun," kataku dengan nada bangga.
"Perlu berapa tahun sampai ia jinak?" tanya Andy.
"Satu setengah tahun aku rasa."
"Lalu sebelum itu bagaimana?"
"Kenapa banyak bertanya?" tanyaku sambil tersenyum.
"Mengapa? Apakah aku tidak boleh penasaran?" tanya Andy dengan senyum kecil.
Aku menggeleng. "Sebelum itu ia benar-benar menempel padaku. Seakan-akan hanya aku yang boleh berada bersamanya. Bahkan hewan pun merasakan trauma, untung saja dapat berlalu sekarang," kataku pelan mengingat kesakitan dan kemarahan Ethan saat itu.
"Ulah manusia yang menginginkan bagian tubuhnya ya?" tanya Andy terdengar sedikit pelan.
"Iya, kau benar." Tak lama Ethan kembali dan terbang kecil ke arahku.
"Baiklah, aku tidak akan banyak bertanya lagi. Sampai ketemu lagi ya, teman kelompok," kata Andy sambil berlalu.
"Oh sampai ketemu lagi...." kataku yang terus melihat Andy sampai menghilang ke dalam bangunan sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Indefinitely
FantasyDengan sihir yang bisa membuat sayap tetapi di ramalkan bisa menengahi pertarungan sengit antar negara. Sebenarnya apa yang harus di lakukan? Bahkan menerima kenyataan pahit yang harus di tanggung demi melancarkan apa yang diramalkan itu. Sampai...